Sukses

Terungkap, Alasan Kucing Belang Tiga Jantan Jarang Ada

Kucing belang tiga terhitung jarang ada, mengapa?

Liputan6.com, Jakarta Memiliki kucing belang tiga memang menyenangkan, tampak unik dan lucu. Apalagi kalau hewan peliharaan kita lincah dan menggemaskan. Faktanya, hampir semua kucing belang tiga berkelamin perempuan. Sangat jarang sekali ada yang jantan.

Fakta itu memicu berbagai mitos di masyarakat. Ada yang bilang langkanya kucing belang tiga jantan karena kerap dimakan induknya. Ada juga yang mengatakan bahwa kucing belang tiga jantan tak bisa hidup lebih dari tiga bulan. 

Istilah kucing belang tiga muncul karena seekor kucing yang memiliki bulu lebih dari dua warna. Kucing ini juga dikenal sebagai kucing telon, kucing kaliko, atau kucing belacu. Secara ilmiah, kucing jantan memiliki kromosom Y, sementara kucing betina adalah X. Kucing jantan yang normal memiliki kromosom XY, sedangkan betina normal adalah XX.

Terkait mitos kelangkaan kucing belang tiga jantan, drh. Nurmansyah coba meluruskan rumor ini.

"Kucing belang tiga 99,9 persen pasti betina. Kalau pun muncul yang berkelamin jantan, hanya dua warna saja yang dominan. Warna satunya tidak terlihat jelas," jelas dokter Nurman kepada Health-Liputan6.com via sambungan telefon, Rabu (27/9/2017).

Dokter kelahiran Banda Aceh, 9 September 1970 ini mengatakan, genetik kucing yang menyebabkan warna bulu berwarna oranye atau hitam terkandung dalam kromosom X. Setiap kucing betina normal memiliki dua kromosom X, yaitu XX. Tak heran kalau kucing betina bisa memiliki dua warna sekaligus. Adapun, kucing jantan normal yang memiliki kromosom XY, maka kucing jantan hanya dapat memiliki satu warna saja.

"Secara ilmu genetika, kromosom itu yang berpengaruh. Bulu berwarna putih itu bukanlah gen warna, namun ini adalah gen modifikasi yang tak terpengaruh dengan kromosom seks X dan Y. Kalau pun ada tiga warna pada kucing jantan, itu adalah mutasi genetik, seperti albino. Bisa juga ada dominasi gold-putih seperti kucing himalaya. Jadi sekali lagi, mitos yang disebut di atas (dimakan induk), tidak benar," papar alumnus Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala ini.

 

Simak juga video menarik berikut: