Sukses

Alasan Orang Tertidur karena Bosan

Temuan baru ini bisa menjelaskan alasan kecenderungan untuk tertidur tanpa adanya rangsangan yang memotivasi, yaitu ketika bosan.

Liputan6.com, Jakarta Saat berkonsentrasi, manusia kerap menentang rasa kantuk dan tetap terjaga. Namun ketika merasa bosan, keinginan untuk tidur sulit terhindarkan. Apa sebabnya?

Makalah yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications menemukan bagian otak yang dikaitkan dengan motivasi dan kesenangan, inti accumbens, juga bisa menginduksi tidur. Temuan baru ini bisa menjelaskan alasan kecenderungan untuk tertidur tanpa adanya rangsangan yang memotivasi, yaitu ketika bosan.

Periset di International Institute for Integrative Sleep Medicine (WPI-IIIS) Universitas Tsukuba dan Departemen Farmakologi di School of Basic Medical Sciences Fudan University menggunakan teknik kemogenetik dan optik untuk mengendalikan aktivitas neuron nukleus accumbens dan perilaku mereka.

Hasilnya, tim Jepang-China menemukan nucleus accumbens neuron yang memiliki kemampuan kuat untuk menginduksi tidur tidak dapat membedakan komponen utama dari tidur alami, yang dikenal sebagai tidur gelombang lambat, karena ditandai oleh otak yang lamban dan bertegangan tinggi.

"Adenosin somnogen klasik adalah kandidat kuat untuk membangkitkan efek tidur di nucleus accumbens," kata Yo Oishi, penulis utama proyek ini seperti diansir laman Medical Xpress, Senin (2/10/2017).

Adenosin telah lama diketahui mewakili kekurangan energi relatif dan menginduksi tidur melalui reseptor adenosin. Sebuah subtipe spesifik dari reseptor adenosin, reseptor A2A, secara padat diekspresikan dalam nucleus accumbens.

Kafein, psikostimulan yang paling banyak dikonsumsi di dunia, menghasilkan efek gairahnya di nucleus accumbens dengan menghalangi reseptor A2A. Senyawa yang mengaktifkan reseptor A2A di nucleus accumbens dapat membuka jalan terapeutik yang aman untuk mengobati insomnia, yang merupakan salah satu masalah tidur paling umum dengan perkiraan prevalensi 10-15 persen pada populasi umum dan 30-60 persen pada populasi yang lebih tua. 

 

Saksikan juga video berikut ini:Â