Liputan6.com, Jakarta Penembakan massal Las Vegas memakan korban sampai ratusan jiwa. Data saat ini menunjukkan, terdapat 58 korban jiwa, dan lebih dari 500 korban luka-luka.
Penembakan massal Las Vegas dilakukan hanya oleh satu orang. Yang menghujani tembakan ke arah penonton festival musik country di Mandala Bay Resort and Casino, Las Vegas.
Salah satu penyebab utama seseorang tewas akibat luka tembak adalah karena pendarahan. Penyebab kedua adalah karena trauma atau luka pada otak.
Advertisement
Kejadian penembakan massal Las Vegas, memaksa para dokter di rumah sakit setempat untuk menggunakan program penanganan ala dokter-dokter militer yang menangani korban perang. Kolonel Todd Rasmussen, dokter medis dan profesor operasi medis yang bertugas pada perang Irak dan Afganistan mengatakan, di medan perang, para dokter bekerja 10-100 kali lebih cepat dibanding dokter di rumah sakit biasa, mengutip Vox, Selasa (3/10/2017).
Perang memaksa dunia medis untuk melakukan riset menyeluruh, berusaha untuk menemukan cara ampuh menyelamatkan korban luka tembak. Salah satunya adalah, efek penggunaan tourniquet pada korban.
Sebelum perang Irak dan Afganistan, penggunakan tourniquet untuk menangani luka tembak mulai dihentikan. Namun bukti baru mengubah praktik ini.
Profesional medis dari militer melihat, pasien-pasien yang ditangani dengan tourniquet lebih memiliki kemungkinan selamat.
Tourniquet adalah karet besar yang diikatkan di dekat area yang terkena luka tembak. Hal ini bertujuan untuk mengerutkan atau mengikat aliran darah pada vena atau arteri dengan cara menekan pendarahan. Tourniquet juga sering digunakan saat pengambilan darah di laboratorium.
Pada tahun 2015, Departement of Homeland Security AS meluncurkan kampanye Stop the Bleed. Kampanye ini mendorong orang-orang yang melihat kekerasan untuk menekan luka korban, sebelum profesional medis tiba di tempat kejadian.
Kampanye ini bisa dikatakan berhasil. Saksi mata mengatakan, banyak orang yang berada di tempat kejadian penembakan massal Las Vegas, menggunakan ikat pinggang biasa sebagai pengganti tourniquet.
Margaret Knudson, profesor operasi medis di University of California San Francisco menambahkan, teknik ini telah berhasil menyelamatkan banyak nyawa dalam 15 tahun terakhir di medan perang. Harapannya, hal yang sama juga berlaku untuk para korban penembakan massal Las Vegas.