Sukses

Beda Ortu Milenial dan Jaman Dulu dalam Mendisiplinkan Anak

Bagaimana perbedaan antara orantua milenial dengan Orangtua jaman dulu dalam mendisiplinkan anak? Ternyata ini jawabannya.

Liputan6.com, Jakarta Setiap orangtua (ortu) memiliki cara sendiri dalam mendidik anak, termasuk dalam mendisiplinkan anak-anaknya. Lantas, apakah ada perbedaan orangtua milenial dengan orangtua jaman dahulu dalam mendisiplinkan anak?

Orangtua milenial kerap menilai orangtua zaman dahulu begitu keras dalam mengasuh anak. Sementara, orangtua milenial lebih terbuka dalam mendidik anak. Sayangnya, ortu milenial sering dianggap terlalu lembek. Mereka terlalu mudah tunduk pada anak-anak mereka, terlalu cepat berubah, atau pura-pura tak tahu jika si kecil nakal.

Munculnya Internet, orangtua milenial harus menghadapi masalah mendisiplinkan anak yang tidak pernah dihadapi generasi sebelumnya. Namun, setiap generasi tampaknya memiliki tren mereka sendiri dan mungkin Anda akan terkejut melihat seberapa mirip kecenderungan ortu milenial dan zaman dahulu.

1. Generasi Terbesar

Generasi ini termasuk orangtua yang hidup dalam Great Depression dan World War Two. Gaya pengasuhan mereka pada umumnya, seringnya melepas: Orangtua generasi ini tidak sempat bertanya-tanya apakah anak mereka baik-baik saja. Mereka harus mencari tahu bagaimana cara bertahan.

Generasi jaman dahulu cenderung mengharapkan anak-anak menyelesaikan masalah sendiri apabila bertengkar dengan saudara kandung, bertahan di sekolah, diintimidasi. Anak yang merengek tidak ditoleransi, dan kerja keras bukan sebagai bentuk hukuman, melainkan cara untuk hidup.

 

Simak juga video menarik berikut:

 

2 dari 3 halaman

Generasi Boomer dan Generasi X

2. Generasi Baby boomer

Generasi ini mungkin tidak menyetujui orangtua milenial menggunakan taktik disiplin yang "lemah lembut", namun, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, mereka adalah generasi asli yang benar-benar memikirkan bagaimana cara mengasuh anak agar dapat memengaruhi anak-anak mereka.

Melansir Los Angeles Times, mereka membanggakan diri lebih idealistis dan lebih berpikiran terbuka daripada orang tua mereka.

3. Generasi X 

Gen-X'ers ​​adalah generasi anak kunci. Perceraian menjadi jauh lebih terasa di tahun 80-an. Menurut New York Post ini menyebabkan lebih dari dua kali lipat jumlah rumah tangga dengan orangtua tunggal.

Ketika orangtua baby boomer lebih berhati-hati dalam memberikan tanggung jawab terlalu banyak pada anak-anaknya, banyak orangtua generasi X senang meninggalkan anak-anak mereka dengan peralatan atau mainan mereka sendiri. Ini adalah generasi "stiker". Menurut HuffPost, generasi ini ingjn mendapat pengakuan konstan.

Sekali lagi, mereka berjuang untuk mendisiplin anak-anak mereka, tapi juga menjadi terlalu protektif (kekhawatiran dengan penculikan). Gen-X'ers, seperti milenium, mencoba menemukan cara pengasuhan mereka sendiri dengan belajar dari generasi sebelumnya.

 

3 dari 3 halaman

4. Generasi Milenial

Beberapa orang mungkin mengatakan orangtua milenial mabuk informasi. Situs media sosial, komunitas ibu, penelitian tampaknya sehari-hari menjadi gagasan baru tentang cara terbaik membesarkan anak Anda, ini melelahkan.

Kelebihannya, ibu milenial cenderung cerdas; lebih banyak yang bergelar sarjana daripada generasi sebelumnya. Hasilnya? Ibu ingin mendapatkan pendidikan dan informasi tentang kedisiplinan.

Menurut laporan Goldman Sachs, ibu milenial melakukan lebih banyak pekerjaan dengan sedikit waktu, tapi juga cukup bijak untuk menggunakan me time kapan mereka bisa melakukannya.

Tentu, milenium memiliki kecenderungan membuatkan jadwal berlebihan untuk anak-anak mereka, tetapi mereka juga cenderung lebih lembut dan fokus pada gaya pengasuhan yang lebih positif daripada pendahulunya.

Orangtua milenial tampaknya berusaha bekerja menuju bentuk disiplin yang lebih lembut. Mereka cenderung percaya pada dorongan demokrasi di rumah mereka dan berencana untuk tidak terlalu mengandalkan bentuk disiplin kuno seperti hukuman fisik.

Dengan kata lain, ibu milenial mencoba melakukan yang terbaik untuk diberikan dan menggunakan sumber daya yang mereka miliki. Sama seperti para ibu dari generasi sebelum mereka seperti dilansir Romper, Selasa (3/10/2017)