Liputan6.com, Jakarta Seorang perawat muda bernama Vanessa, sedang berada di festival musik Route 91 Harvest di Las Vegas, ketika peluru mulai berhamburan Minggu malam lalu. Penembakan massal Las Vegas, yang kini dinobatkan sebagai penembakan terburuk dalam sejarah AS, telah memakan 59 korban jiwa, dan 500 korban luka-luka.
Saat penembakan Las Vegas itu terjadi, Vanessa tidak langsung menyelamatkan dirinya sendiri. Di tengah histeria para penonton konser yang berlari ke segala arah untuk berlindung, Vanessa memutuskan untuk kembali ke lokasi kejadian dan membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan.
"Ada jeda-jeda yang sangat pendek di antara bunyi letusan senjata," ujar Vanessa yang tinggal di Kalifornia kepada stasiun TV Las Vegas, KTNV 13, mengutip Women's Health, Jumat (6/10/2017). "Namun, jeda pendek itu terasa seperti berlangsung terus-menerus selama 20 menit. Dan setiap kali ada jeda, kami akan lari dan lari."
Advertisement
Walaupun berlari, Vanessa mengakui, dia sempat merasa tidak yakin suara yang dia dengar itu adalah suara tembakan. Dia baru yakin ketika salah satunya temannya menyadari, seseorang di dekat mereka tertembak.
Hal itu membuat Vanessa berhenti berlari dan kembali ke lokasi penembakan, karena dia adalah seorang perawat. "Aku merasa aku harus melakukannya," jelasnya. "Jadi aku mendatangi tiga tempat kejadian, yang pertama baik-baik saja, yang kedua lebih buruk, dan ketika aku sampai ke tempat ketiga, hanya ada mayat-mayat, sekitar 6 tubuh. Mereka semua masih muda."
Tindak kepahlawanan ini tidak hanya dilakukan oleh Vanessa seorang. Dia menjelaskan, semua orang mulai dari dokter, perawat, polisi, dan paramedis, sampai warga biasa, bekerja sama untuk membantu korban.
"Semua orang berkomunikasi dan bekerja sama. Kejadian itu memang sangat mengerikan, tapi sungguhlah menakjubkan menyaksikan semua orang bersatu dan membantu," tuturnya tentang penembakan Las Vegas.