Liputan6.com, Jakarta Vaksin Zika berbasis DNA dari Inovio Pharmaceuticals Inc dan GeneOne Life Science Inc dari Korea Selatan menginduksi respons kekebalan anti-Zika dalam percobaan tahap awal kepada manusia menurut peneliti Amerika Serikat pada Rabu.
Tidak seperti vaksin konvensional, yang sering menggunakan versi virus yang sudah tidak aktif atau mati, Inovio-GeneOne adalah vaksin sintetis yang dibuat dengan mereproduksi bagian genom virus Zika di laboratorium, dan kemudian memasukkannya ke cincin bahan genetik yang disebut plasmid.
Baca Juga
Vaksin ini kemudian disuntikkan di bawah kulit dan ditindaklanjuti dengan alat yang menghasilkan impuls listrik, menciptakan pori-pori kecil di sel yang memungkinkan DNA masuk ke dalam sel.
Advertisement
Setelah tiga dosis vaksin Zika yang disebut GLS-5700, semua 40 sukarelawan sehat yang menjadi subjek uji coba dalam penelitian tersebut mengembangkan antibodi spesifik Zika.
"Semua orang membuat antibodi," kata Dr Pablo Tebas, pakar penyakit menular di University of Pennsylvania yang memimpin studi.
Untuk melihat apakah antibodi tersebut bisa memberikan perlindungan dari virus, darah dari peserta penelitian yang sudah diimunisasi disuntikkan ke tikus yang kemudian dipapari Zika. Hewan yang telah menerima antibodi Zika imunnya terlindungi.
"Ketika kami beri tikus serum dari orang yang sama sebelum mereka mendapatkan vaksin, mereka tidak terlindungi. Tikus-tikus itu mati," kata Tebas dalam wawancara lewat telepon dengan kantor berita Reuters.
Tebas mengatakan penelitian tersebut menunjukkan bagaimana vaksin DNA sintetis bisa bekerja cepat, mengutip bahwa hanya butuh waktu tujuh bulan sejak vaksin pertama kali dirancang sampai dimulainya percobaan klinis. "Teknik pembuatan vaksin DNA ini sangat cepat," katanya.
Lebih banyak pengujian diperlukan untuk menunjukkan vaksin tersebut efektif untuk melindungi manusia dari Zika, dan itu bisa membuktikan bahwa ledakan epidemi telah melambat dan hanya ada sedikit populasi besar yang berisiko terinfeksi Zika.
Zika sudah menyebabkan ribuan kasus cacat lahir yang disebut mikrosefali di Brasil pada 2015, yang mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengumumkan Zika sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat pada Februari 2016.
Pada November yang lalu, WHO menurunkan kondisi darurat, tapi menekankan bahwa virus yang ditemukan di setidaknya 60 negara itu akan terus menyebar di mana pun nyamuk yang membawa virus tersebut berada.
Bulan lalu, Sanofi SA mengakhiri upaya pengembangan vaksin Zika yang dibuat berdasarkan virus Zika yang tidak aktif atau sudah mati. Takeda Pharmaceutical Co masih mengerjakan vaksin Zika dengan menggunakan pendekatan ini. (Uu.R029/Antara News)