Sukses

Stres Gara-Gara Atasan Semena-mena? Ini Saran Pakar

Jangan dipendam bila memiliki masalah hubungan interpersonal dengan atasan. Jika dibiarkan saja, nanti bisa meledak.

Liputan6.com, Jakarta Bila memiliki atasan buruk yang sering menyalahkan, marah-marah, semena-mena atas Anda, padahal Anda sudah berusaha maksimal tentu membuat tak nyaman bekerja. Rasa-rasanya pekerjaan yang dilakukan selalu salah di hadapannya.

Jika Anda mengalami hal itu, dokter spesialis kesehatan jiwa Eka Viora menyarankan untuk menyampaikan ketidaknyamanan tersebut kepada atasan.

"Jika atasan marah-marah jangan direspons dengan marah-marah, tapi melakukan komunikasi asertif bukan agresif ke atasan. Jika ditahan terus, nanti saat 'keluar' malah akan agresif," kata Viora jelang Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Kantor Kementerian Kesehatan Jakarta, Kamis (5/10/2017).

Komunikasi asertif yang dimaksud adalah menyampaikan perasaan atau pemikiran secara jujur tanpa menyinggung perasaan dan hak orang lain. Bukan dengan menuding, marah-marah, atau menusuk dari belakang.

"Contohnya begini, 'Saya kecewa akan sikap Bapak terhadap saya. Saya sudah bekerja baik tapi masih dimarahi Bapak. Apa yang bisa saya lakukan, Pak?', ini komunikasi asertif," Viora mencontohkan.

Ada dua kemungkinan respons yang diberikan atasan: marah atau menerima. Atasan yang baik tentu tidak akan marah, malah melakukan perbaikan. Bila solusi sudah ditemukan, performa bawahan pun bisa meningkat, yang tentu berpengaruh juga terhadap kinerja atasan.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 

Â