Liputan6.com, Jakarta Maraton ternyata punya risiko terhadap serangan jantung. Kondisi ini dialami Menteri Kesehatan Tunisia, Slim Chaker, 56 tahun. Ia meninggal akibat serangan jantung pada hari Minggu waktu setempat setelah ikut maraton, yang bertujuan membantu memerangi kanker.
Baca Juga
Advertisement
Chaker terjatuh saat berlari sekitar 500 meter. Menilik peristiwa tersebut, serangan jantung ini bisa terjadi, terutama bagi orang yang bukan pelari atau tidak biasa berlari jarak jauh. Hal ini dipengaruhi ketahanan tubuh seseorang.
Sebelum maraton diperlukan latihan ketahanan tubuh jangka panjang, yang dapat membuat pembuluh arteri lebih besar. Adanya pembuluh arteri yang besar mampu menyediakan lebih banyak darah oksigen selama latihan.
Ini juga mencegah otot jantung kaku, dilansir The Wire, Senin (9/10/2017). Berbeda dengan pelari biasa yang tidak melatih ketahanan tubuh untuk ikut maraton, risiko terkena serangan jantung lebih besar.
Potensi pembekuan darah akan meningkat saat maraton. Orang yang tidak berlatih intensif sebelum maraton cenderung mengalami pembekuan darah lebih banyak di arteri (koroner)--yang memasok darah ke jantung. Pasokan aliran oksigen akan terhambat.
Â
Simak video menarik berikut:
ÂBatasi berlari
Ada cara agar terhindari dari serangan jantung saat maraton. Panitia acara sebaiknya lebih bijaksana memberi tahu pelari untuk membatasi dirinya.
Hal ini bisa ditujukan pada pelari maraton yang tidak biasa lari atau orang setengah baya.
Lebih baik tidak ikut maraton penuh (hingga final) dan berlari seperlunya. Nikmati sensasi senang dan keindahan area sepanjang maraton dengan leluasa.
Advertisement