Liputan6.com, Bandung Seorang ibu mengunggah foto putrinya yang berusia 11 tahun bernama Salma Azka melalui akun Facebook miliknya. Dia menceritakan kisah anaknya yang mengalami bengkak di usus, yang menurutnya akibat makan seblak.
Advertisement
Wanita bernama Desy Puspita Yulida ini mengisahkan, si kecil mengeluh sakit perut sepulang sekolah. Rasa sakit tersebut lama-lama makin parah seperti keram usus. Dia lalu membawa anaknya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Immanuel Kopo Bandung.
Melalui akun Facebooknya, Desy menjelaskan bahwa setelah menjalani pemeriksaan darah dan rontgen, diketahui bahwa Salma mengalami peningkatan asam lambung dan leukosit (sel darah putih) mencapai lebih dari 14.000. Normalnya leukosit pada anak usia 10 tahun, hanya 4.500 - 13.500/mm3.
Selain itu, Salma juga menjalani pemeriksaan ultrasonografi (USG). Desy menjelaskan, dokter mengatakan anaknya terkena usus buntu dan harus dioperasi. Jika tidak, ususnya akan pecah dan jika hal itu terjadi akan mengganggu rahimnya pada masa mendatang.
Dalam akun Facebooknya tersebut, dia juga mengatakan bahwa dokter menanyakan apakah Salma senang makan seblak. Menurut Desy, dokter menjelaskan bahwa kerupuk mentah yang direndam dan menjadi kenyal dalam seblaklah yang menyebabkan usus Salma tersumbat dan terjadi infeksi.
Desy juga menyatakan bahwa dokter yang menangani anaknya mengaku telah menangani ratusan pasien yang terkena usus buntu akibat makan seblak.
"Maka berhati-hatilah ibu-ibu yang mempunyai anak gadis yang suka makan seblak, kerupuk kering yang direndam tapi kerupuknya masih kenyal dan belum matang karena bisa menyumbat di usus dan terjadi infeksi. Lebih baik mencegah daripada mengobati," tulis Desy dalam unggahan Facebooknya.
Saksikan video menarik berikut :
Â
Â
Waspada Bahan Pengawet
Menurut Dr Ari Fahrial Syam, Sp PD, meningkatnya sel darah putih (leukosit)Â bisa terjadi jika terdapat infeksi.
"Pada dasarnya yang mesti diperhatikan itu higienisnya makanan. Kalau tidak higienis bisa menyebabkan keracunan. Gejalanya yaitu muntah dan diare. Kalau ini berlangsung lama maka bisa menyebabkan leukosit meningkat," ucap Dr Ari saat dihubungi Health-Liputan6 pada Selasa (10/10/2017).
Selain itu, dia juga menjelaskan mengenai bagaimana makanan dicerna dalam lambung. "Makanan itu memang harus dikunyah lebih lama agar dicerna lambung karena lambung memiliki sistem penghancuran dan kadar pH 1 sampai 2," jelasnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, seblak yang umumnya terbuat dari kerupuk biasanya mudah hancur karena kerupuk umumnya hancur dalam air, kecuali jika kerupuk tersebut mengandung zat tambahan tertentu seperti pengawet.
"Kalau seblak itu seharusnya aman, jadi tidak mungkin ada pembengkakan. Kecuali kalau dia mengandung pengawet dan pengenyal. Ini bisa memunculkan masalah di pencernaan dan menyebabkan infeksi," lanjutnya.
Dia juga menjelaskan, pada kasus usus buntu, pasien mengalami penurunan daya tahan tubuh dan peradangan. Hal itu yang membuat usus membengkak.
Dia mengimbau masyarakat agar selalu mengonsumsi makanan yang higienis. Hal ini dilakukan supaya terhindar dari infeksi dan tidak mengabaikan sakit perut.
"Prinsipnya kalau muntah dan diare tidak bisa diatasi, harus segera mencari pertolongan, jangan dianggap enteng," tutupnya.
Dalam komentar terbarunya, Desy buru-buru menyampaikan kepada teman-temannya bahwa dirinya tidak ada niat sedikit pun untuk menjatuhkan para pedagang seblak. "Yang dokter tekankan hanya seblak yang terbuat dari kerupuk yang masih alot ketika dikunyah. Kalau kerupuknya sudah lembek ya mungkin aman-aman saja?" ujar Desy.
Â
Â
Advertisement