Liputan6.com, Jakarta Amarah dan kesal muncul bersamaan setelah semua kebohongan Dwi Hartanto terbongkar. Maklum, sebagian penduduk bangsa ini, sempat mengagumi sosok Dwi karena dinilai amat berprestasi.
Setelah mengklaim dirinya diminta untuk membantu mengembangkan pesawat tempur EuroTyphoon di Air EuroTyphoon di Airbus Space and Defence menjadi EuroTyphoon NG (Next Generation), Dwi Hartanto pun dijuluki The Next Habibie.
Advertisement
Baca Juga
Psikolog Klinis Dewasa dari PION, Rena Masri menganggap wajar reaksi dari orang-orang yang sempat mengagumi sosok Dwi Hartanto. Namun, Rena kurang setuju bila pada akhirnya banyak orang yang malah mem-bully dia.
"Emosi sudah pasti, tapi habis itu harus kontrol emosi tersebut. Ada baiknya kita berpikir positif. Bisa jadi ada sesuatu di diri si Dwi Hartanto ini yang menyebabkan dia bisa berbohong seperti itu," kata Rena saat dihubungi Health-Liputan6Â pada Rabu, 11 Oktober 2017.
Menurut Rena, bisa jadi Dwi Hartanto berbohong karena dia memiliki konsep diri yang jelek. Dulu dia pernah di-bully habis-habisan, yang kemudian membuat dia sering bohong untuk meningkatkan harga diri dan supaya bisa diterima di masyarakat. "Kan kasihan banget kalau dia di-bully lagi," kata Rena.
Lagipula, menurut Rena, mem-bully seseorang membuat jiwa kita tidak sehat. Marah saja punya dampak buruk buat diri kita, apalagi mem-bully orang seperti kasus Dwi Hartanto ini.
"Emosi boleh, tapi dikeluarkan secara baik. Pilihlah kata-kata yang lebih baik (saat mengunggah sebuah berita soal Dwi Hartanto di sosial media). Kalau kita mem-bully dia, tidak lantas menjadikan kita baik. Toh, kita bukan orang yang sudah baik banget," kata Rena.
Â