Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi baru menyebut kurang tidur bisa menjadi anti-depresan. Padahal selama ini yang orang tahu, dampak dari kurang tidur dapat memengaruhi psikologis. Orang jadi mudah lupa, mudah kesal, makan jadi berantakan yang berpengaruh pada berat badan. Dari sini muncul muncul penyakit diabetes dan jantung.
Setelah meninjau lebih dari 60 studi mengenai kurang tidur, para peneliti di University of Pennsylvania menyimpulkan, secara terkontrol kurang tidur justru dapat mengurangi gejala depresi pada pasien-pasien insomnia.
Advertisement
Baca Juga
Guna membuktikan hal itu, para peneliti melibatkan sejumlah orang dan dibagi jadi dua kelompok. Pada kelompok pertama, pasien tidur selama tiga sampai empat jam dan tetap terjaga selama 20 sampai 21 jam. Kelompok kedua, pasien tidak tidur sama sekali bahkan harus terjaga selama 36 jam.
Hasil penelitian yang telah diterbitkan ke dalam Journal of Clinical Psychiatry menyebut bahwa kedua kelompok itu merasa dapat mengontrol depresi yang tengah mereka rasakan.
"Analisis kami menunjukkan bahwa kurang tidur efektif pada sejumlah orang. Terlepas dari bagaimana respons diukur, bagaimana kekurangan tidur yang mereka alami, juga depresi yang mereka alami, kami menemukan tingkat respons yang hampir setara," ujar pemimpin studi, Elaine Boland PhD dikutip dari situs Reader's Digest pada Kamis, 19 Oktober 2017.
Meski hasil membawa sedikit angin segar, bukan berarti Anda menyepelekan masalah tidur ini. Sesibuk apa pun Anda, tidak boleh masa bodoh terhadap jadwal tidur setiap malam.
Seperti yang dikatakan peneliti senior Philip Gherman PHD, penelitian terkait kurang tidur dapat menjadi anti-depresan masih perlu ditinjau kembali guna mengetahui seberapa efektif efek itu.
Michelle Tania