Liputan6.com, Jakarta Osteoporosis (pengeroposan tulang) termasuk penyakit yang diam-diam membunuh manusia. Gejalanya tidak begitu jelas hingga pasien mencapai kondisi stadium lanjut.
Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya patah tulang. Seiring pertambahan usia akan ada lebih banyak tulang yang keropos daripada pembentukan tulang.
Baca Juga
Ada banyak mitos seputar osteoporosis. Dr M Udaya Kumar Maiya, Direktur Medis Portea Medicalarticle menguak mitos osteoporosis, ditulis dari New Kerala, Sabtu (21/10/2017).
Advertisement
Mitos 1
Osteoporosis disebabkan kekurangan kalsiumKalsium memang sangat penting untuk kesehatan tulang. Tapi terlalu banyak kalsium juga tidak baik untuk tubuh. Sebenarnya, tubuh hanya menyerap 10-15 persen kalsium dari makanan. Nutrisi lain dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang, seperti vitamin K, magnesium dan strontium. Bahkan asupan vitamin D yang cukup sangat baik untuk tubuh. Vitamin D membantu penyerapan kalsium lebih baik.
Mitos 2
Efek samping dari penuaan Jika biasanya osteoporosis dianggap efek penuaan. Faktanya, osteoporosis dapat memengaruhi seseorang di masa muda. Gaya hidup dan diet yang tidak sehat bisa menjadi faktor pemicu terjadinya osteoporosis.
Mitos 3
Patah tulang tidak bisa dihindari dari osteoporosisStudi menunjukkan, sekitar setengah dari orang yang osteoporosis tidak mengalami patah tulang. Orang dengan kepadatan tulang normal juga cenderung mengalami patah tulang.Penilaian risiko patah tulang dapat dilakukan melalui tes kepadatan tulang. Ini akan membantu seseorang mengidentifikasi risiko patah tulang.
Mitos 4
Osteoporosis itu penyakit yang rentan dialami wanitaWanita secara alami memiliki tulang yang lebih kecil dan lebih tipis daripada pria dan berisiko tinggi mengalami masalah tulang. Kondisi ini juga dipengaruhi kadar estrogen yang rendah sehingga menyebabkan tulang keropos. Namun, pria juga rentan mengalami osteoporosis, terutama pria yang memiliki kadar vitamin D yang rendah.
Â