Liputan6.com, Jakarta Siapa sangka pelaku bullying atau perundungan bisa menjadi korban atas aksinya sendiri. Tindakan semena-mena yang menyakiti perasaan dan fisik orang lain itu bisa membuat pelakunya rendah diri.
"Saat kita melakukan kesalahan, nurani akan merasa bersalah. Hal ini juga bakal dirasakan oleh pelaku bullying. Tindakannya itu bakal membuatnya kecewa sampai besar nanti," kata psikolog EduPsycho Research Institute, Yasinta Indrianti.
Baca Juga
Perasaan bersalah sudah mengejek atau melakukan kekerasan terhadap teman yang lemah bisa membayangi sepanjang kehidupannya. Hal ini bisa membuat pelaku bullying merasa rendah diri karena dihantui perasaan bersalah itu.
Advertisement
Sayangnya, tidak semua pelaku bullying akan merasa bersalah. Terutama bila tidak ada yang memberitahu bahwa tindakannya itu tidak tepat. Bila begini keadaaanya dia akan merasa merasa bahwa aksi perundungan yang dilakukannya benar.
"Makanya perlu diberitahu, agar tidak menjadi pembiaran akan aksinya itu," ujar Yasinta dalam acara yang digelar Yupi Speak Up di Jakarta ditulis Jumat (3/11/2017).
Saksikan juga video menarik berikut:
Kasus bullying di pelajar terus meningkat
Di Indonesia data kasus bullying di kalangan pelajar terus bertambah. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyebutkan, sejak 2011 hingga 2016 telah menemukan 253 kasus. Terdiri atas 122 anak menjadi korban dan 131 anak menjadi pelaku. Tentu saja, masih banyak kasus yang tidak dilaporkan.
Guna membantu menekan jumlah pelaku dan korban bullying produsen permen gummy Yupi memiliki kampanye Let's Speak Up! yang digelar sejak September 2017. Salah satu caranya dengan mengedukasi pelajar SMP di Jakarta dan sekitarnya.
"Bullying menjadi masalah serius di kalangan remaja karena membuat dampak psikologis serta membuat prestasi di sekolah menurun. Kami percaya sangat penting menanamkan sikap positif dan menolak bully," tutur Marketing Manager Yupi, Ana Lumintang, di kesempatan yang sama.
Advertisement