Sukses

Dulu, Hampir Semua Warga Dusun Ini Jadi Pengemis

Sebuah dusun yang terletak di Kabupaten Karang Asem, Bali pada 1980-an sekitar 90 persen penduduknya pengemis.

Liputan6.com, Jakarta Dusun Munti Gunung yang terletak di Desa Tianyar Barat, Kabupaten Karang Asem hingga kini masih dicap sebagai produsen pengemis di Denpasar, Bali. Bermula di 1980-an, sekitar 90 persen penduduk Dusun Munti Gunung adalah gelandangan dan pengemis.

Bukan tanpa alasan warga dusun ini memilih menjadi pengemis. Kondisi geografis membuat penduduknya saat itu bingung mau bekerja apa.

"Pekerjaan sama sekali enggak ada. Mau jadi petani, daerahnya kering. Kalau nunggu hujan, hujan cuma datang 4-5 bulan saja. Tidak menghasilkan hasil tani apa-apa. Mau menanam jagung juga mengkerut," kata Kepala Desa Tianyar Barat, Agung Pasrisak Juliawan.

Penurunan jumlah gelandang dan pengemis baru terjadi di 1996-an. Kata APJ, begitu dia disapa, masyarakat dusun tersebut sudah mengenal Kuta sebagai tepat berdagang asongan.

Di 2007, pemerintah desa setempat mulai mengadakan pembinaan masyarakat yang terletak di lereng curam timur laut Gunung Batur ini. Salah satunya melatih pembuatan jarit atau kain batik panjang.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

2 dari 2 halaman

Berubah menjadi desa wisata

Kini, jumlah pengemis dan gelandangan dari Munti Gunung terus menurun. Di 2017, APJ mengatakan ada sekitar 200-an penduduknya yang bekerja dari meminta-minta di Denpasar. 

Saat APJ menjadi Kades di awal 2016, dia melakukan branding Munti Gunung sebagai salah satu destinasi wisata alam dan ekonomi kreatif. Hal itu pun selaras dengan Pemerintah Provinsi Bali yang menjadikan Munti Gunung sebagai salah satu kawasan wisata. Salah satu fokus adalah trekking sun rise.

"Jadi dari Munti Gunung bisa melihat pemandangan matahari terbit, bisa melihat Gunung Rinjani di Lombok. Sambil trekking, mengunjungi tempat kerajinan.Targetnya di 2020, Munti Gunung menjadi dusun yang bermartabat," tandasnya saat berkunjung ke Jakarta pada Senin (6/11/2017).

 

Video Terkini