Sukses

Pasien Diabetes Sering Tak Tahu Ada Luka di Kaki, Kenapa?

Pasien komplikasi diabetes ke saraf biasanya sering tidak merasakan apa-apa. Termasuk adanya luka di area kaki

Liputan6.com, Jakarta Mati rasa (baal) sering menimpa para pasien komplikasi diabetes ke saraf. Menurut dr Wismandari Wisnu dari Rumah Sakit Pondok Indah - Pondok Indah, dampak dari baal membuat pasien jadi tidak sadar kalau ada luka di area kaki.

"Ini yang harus kita waspadai," kata dia.

Kadar gula darah yang tinggi yang terjadi secara kronik akan merusak saraf tubuh, terutama saraf tepi. Diabetesi akan mati rasa (baal), sering merasa kesemutan, atau nyeri.

Gangguan saraf ini memudahkan pasien diabetes mengalami luka yang tidak mereka sadari.

Sebesar 60 persen pasien diabetes mengalami komplikasi ke saraf. Sama seperti komplikasi ke ginjal, komplikasi diabetes ke saraf tidak menyebabkan kematian, tapi sangat mengganggu.

"Pasien bisa tidak sadar kalau dia menginjak tanah. Kalau dia saja tidak sadar, tentu pasien tidak sadar kalau ada luka di kaki," Wismandari menambahkan.

 

2 dari 2 halaman

Sering Menerima Pasien Diabetes yang Mati Rasa

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik, dan Diabetes ini cukup sering menerima pasien jenis ini. Kebanyakan pasien komplikasi diabetes yang dia terima sering merasa tidak menapak tanah. Bahkan saat memegang sesuatu, berasa tidak pegang apa-apa.

"Pasien saya bolak-balik masuk RSPI karena kondisi itu. Padahal tidak apa-apa. Kita suruh dorong, menginjak sesuatu semua bisa tapi dia tidak bisa merasakan itu," kata dia menceritakan.

dr Wismandari pun tidak mengajurkan pasien komplikasi diabetes jenis ini menjalakan terapi alternatif, seperti jalan di atas batu panas. Pengobatan yang konon terbaik itu hanya akan menciptakan luka di kaki pasien.

"Jangan pernah mengikuti itu. Karena sudah ada kelainan di saraf, jalan di area yang panas membuat kaki melepuh dan luka," kata Wismandari.

Hal lain yang harus pasien tahu adalah komplikasi diabetes ke saraf memudahkan diabetesi mengalami hipotensi (tekanan darah rendah), disfungsi ereksi, sampai gangguan pencernaan.

"Karena gangguan saraf tadi, pasien jadi sering mengompol, buang air besar tidak terkontrol," kata Wismandari.