Liputan6.com, Jakarta Gadis manis berusia 24 tahun ini punya pekerjaan bagus di sebuah perusahaan internasional yang reputasinya mendunia. Bekerja di perusahaan itu merupakan impiannya saat sekolah bisnis di Amerika. Sudah dua tahun ia bergabung di sana, tapi sebulan belakangan setelah dipindah ke Singapura muncul dorongan untuk keluar.
Baca Juga
“Saya sangat stres. Rasanya malas berangkat kerja, dan kalau sudah sampai di kantor inginnya cepat pulang,” ungkap Gadis dengan wajah murung. Di tempat tinggalnya pun ia hanya mengurung diri di kamar.
Advertisement
Gadis mengaku masih sangat menyukai pekerjaan, penghasilan, maupun tim kerjanya, tapi pindah lingkungan baru membuatnya sangat tertekan. “Ada rasa tidak nyaman di dada, seperti sesak napas dan inginnya makan terus,” katanya.
Hal lain yang dikeluhkan Gadis adalah merasa kesepian, lonely. Sangat sulit baginya untuk mendapatkan teman baru. Ia sudah berusaha untuk bergabung dengan orang lain saat makan siang, tapi semua satu per satu menyingkir sehingga ia kembali sendiri. Gadis juga sudah berusaha bergabung dengan klub yoga di kantor, tapi semua sibuk dengan urusan masing-masing dan dia tetap sendiri.
“Saya tidak diterima di mana-mana. Saya selalu ditolak,” ucap Gadis dengan suara lirih. Indonesia di mana keluarganya tinggal, dia merasa disingkirkan, Amerika bukan negaranya, dan Singapura penuh dengan memori buruk.
Hingga saat ini, Gadis juga mengalami kesulitan menjalin relasi dengan lawan jenis. Belum pernah Gadis memiliki perasaan suka atau sayang secara khusus terhadap seseorang. Yang ada di pikirannya hanya bagaimana dia bisa survive hidup sendiri, tanpa bimbingan dan pendampingan orangtua.
Dipaksa ke luar negeri
Di kedalaman rileksasi, Gadis mengungkapkan bahwa perasaan tidak nyaman yang dirasakan akhir-akhir ini sama dengan perasaan yang dia alami saat mulai sekolah di Singapura. Begitu lulus SD di Jakarta, oleh orangtuanya Gadis dipaksa bersekolah di negeri jiran itu.
“Maksud Papa baik, supaya belajar mandiri dan terhindar dari pergaulan yang buruk. Tapi saya tidak siap, saya masih ingin tinggal di rumah, dekat dengan orangtua,” ungkapnya sambil menangis. Dengan segala cara ia menolak, tapi ayah memiliki otoritas penuh. Hingga SMA dia di sana, lalu melanjutkan kuliah di Amerika.
Kembali tinggal di Singapura ternyata memunculkan perasaan-perasaan tidak nyaman yang selama 12 tahun dia pendam. “Apa yang Anda rasakan?” tanya saya.
“Saya merasa sedih, kecewa, marah, takut…”
“Mengapa merasa demikian?”
“Karena saya dibuang. Saya tidak diterima tinggal di rumah. Saya disingkirkan. Saya ditolak. Saya tidak dicintai,” kata Gadis yang baru lulus SD.
“Itu sebabnya tiga tahun saya tidak pulang ke Indonesia. Karena saya merasa percuma, saya tidak diterima di mana-mana, saya selalu ditolak,” sambung Gadis yang sudah bekerja.
Perasaan-perasaan negatif dari masa lalu itulah yang sebenarnya menghalangi Gadis untuk bergaul dan menikmati kehidupannya sekarang. Bagaimana dia akan diterima dalam pergaulan bila bawah sadarnya didominasi perasaan ditolak? Bagaimana dia bisa menyayangi seseorang bila dia sendiri merasa tidak disayang? Perasaan-perasaan itu pula yang sebenarnya membuatnya tidak nyaman di tempat kerja.
Kembali ke Singapura membuat emosi dari masa lalu yang tersimpan di bawah sadar muncul dan mendominasi perasaan Gadis. Adapun kekuatan bawah sadar adalah sembilan kali lebih dahsyat dibanding pikiran sadar. Itu sebabnya upaya sadar Gadis seperti sia-sia. Inilah yang harus diatasi dan diselesaikan, sehingga Gadis dapat melanjutkan pekerjaannya di kantor yang memang dia impikan.
Advertisement
Pelajaran yang dipetik
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari pengalaman Gadis?
• Menyekolahkan ke luar negeri itu baik saja, tapi anak di bawah umur masih membutuhkan orangtuanya. Dampingi dan didik anak sampai menginjak usia dewasa, sehingga mereka lebih siap dan kuat untuk hidup sendiri di negara orang.
• Melepas anak belajar hidup sendiri adalah baik, bila orangtua telah membekali dengan nilai-nilai, budaya, dan latihan mental yang cukup. Dan lebih dari itu, anak harus setuju dan siap sehingga tidak merasa dibuang atau tidak dicintai, seperti yang dirasakan Gadis.
• Yang paling dibutuhkan oleh anak adalah rasa aman. Pastikan Anda telah cukup memberi rasa aman, sehingga mereka percaya diri menghadapi kehidupan.