Liputan6.com, Jakarta Tentu tidak ada yang mau menjadi gemuk atau obesitas. Namun, bila seseorang terbiasa makan cepat-cepat cenderung jadi gemuk atau obesitas dibandingkan yang pelan-pelan.
Selain obesitas, orang yang cenderung makan cepat-cepat juga memiliki pengaruh sindrom metabolik. Kondisi ini bakal mengarah pada penyakit stroke, jantung, dan diabetes. Jika penyakit tersebut tidak dikontrol bisa mengarah pada kematian dini.Â
Baca Juga
Hal tersebut disampaikan dalam studi yang dilakukan American Heart Association’s Scientific Sessions yang dilaksanakan di California, Amerika Serikat baru-baru ini seperti mengutip Time, Rabu (15/11/2017).
Advertisement
Hasil studi di Jepang pada 2008 juga meneliti hal serupa. Partisipan studi yang makan cepat-cepat cenderung memiliki berat badan dan lingkar pinggang lebih berat atau besar dari yang makan pelan-pelan.
Juru bicara American Heart Association, Nieca Goldberg, mengaku tidak terkejut akan dua penemuan studi itu. Di studi-studi sebelumnya juga menunjukkan orang yang makan cepat-cepat terkait dengan penambahan berat badan dan masalah kesehatan lainnya.
"Seseorang makan banyak karena makan terlalu cepat. Hal ini membuat orang tersebut tidak sadar sepenuhnya apa yang dimakan lalu sudah kenyang atau belum," kata Nieca.
"Sementara jika makan perlahan, seseorang jadi lebih tahu apa yang dikunyah. Saat merasa kenyang, orang tersebut akan setop," katanya lagi.
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Â
Waktu terbaik makan
Makan tak perlu terburu-buru, tapi juga jangan terlalu lambat karena masih ada aktivitas lain. Paling tidak sekitar 30 menit-lah waktu terbaik untuk sekali makan.
Penting juga dicatat agar tidak makan sambil bekerja atau menonton TV. Hal ini makin membuat berat badan makin bertambah karena membuat seseorang jadi tidak sadar sudah kenyang atau belum.
Cara terbaik untuk makan adalah makan bersama teman. Lalu, memotong makan kecil-kecil, baru dimakan secara perlahan.
Advertisement