Sukses

Dokter Anti-Aging Masih Disebut Dokter Umum

Tantangan tengah dihadapi para dokter anti-aging untuk mendapatkan gelar dokter spesialisasi.

Liputan6.com, Jakarta Proses menjadi dokter anti-aging atau anti-penuaan dini cukup lama. Mereka harus menempuh pendidikan kedokteran selama tujuh tahun. Setelah itu masih harus belajar lagi dalam kurun waktu yang tidak sebentar.

Baca juga: Bella Shofie Mau Sekolah Kedokteran, Ini Kata Dokter Beneran

Tantangan mendapatkan gelar dokter anti-aging tidak berhenti di situ. Sampai sekarang para dokter anti-penuaan dini ini masih berjuang mendapatkan pengakuan untuk bisa digolongkan sebagai spesialisasi.

"Dokter anti-aging itu belum ada spesialisasinya," kata dr Widya Murni MARS Dipl of IHS dari Jakarta Asah Asih Clinic saat dihubungi Health Liputan6.com pada Selasa, (15/11/2017).

 

2 dari 3 halaman

Dokter Anti-Aging Masih Disebut Dokter Umum

Menurut Widya, kolegium kedokteran Indonesia belum mengatakan bahwa anti-aging itu adalah suatu spesialisasi. Masih digodok karena ilmu ini bukan ilmu dokter umum biasa, melainkan belum masuk ranah salah satu spesialisasi khusus.

Masih perlu banyak waktu dan banyak langkah agar ilmu ini bisa diakui menjadi salah satu jenis spesialisasi.

Baca juga: Bahayanya Suntikan Filler untuk Memancungkan Hidung

"Karena pendidikan ini tidak ada sekolah pendidikan spesialisasinya, kita harus melalui berbagai macam pendidikan yang kita lalui sendiri. Kita mencari ilmu yang bisa melahirkan keterampilan khusus tanpa harus melewatkan jenjang pendidikan dokter spesiaslis tadi," ujar dia.

Oleh karena itu, bisa dibilang sulit untuk menjadi dokter anti-aging karena masih harus belajar sendiri, terlebih nantinya butuh pengakuan saat akan membuka praktik. Izin praktik dokter di Indonesia hanya ada dua; izin praktik dokter umum dan izin spesialisasi.

"Makanya, sudah susah-susah belajar, tetap saja masih diakui sebagai dokter umum," kata Widya.

 

3 dari 3 halaman

Dokter Anti-aging Menempuh Pendidikan S2

Bahkan, sekalipun dokter anti-aging ini menempuh pendidikan S2 atau S3, tetap untuk praktiknya dianggap sebagai dokter umum saja.

Widya menjelaskan bahwa sekolah untuk S2 bukanlah pendidikan kompetensi untuk praktik, karena jenjang strata dua ini biasanya untuk penelitian. Misalnya mau mengajar atau mau jadi dosen, gelar S2 itu bermanfaat karena ada penelitiannya.

Baca juga: Kebiasaan Sehari-hari Ini Tanpa Disadari Bikin Anda Cepat Tua

"Tapi, sekali lagi, pendidikan itu bukan untuk praktik. Tidak ada S2 manapun akan menunjang pendidikan untuk kompetensi praktik seorang dokter," kata Widya.

Itu artinya semua institusi yang ada di Indonesia belum menerapkan bahwa pendidikan anti-aging itu digolongkan sebagai spesialisasi, karena di luar negeri saja hal ini masih sama.

Baca juga: Duduk Terlalu lama Bikin Anda Cepat Tua 8 Tahun

"Jadi, dari sekolah mana pun di seluruh dunia, belum ada yang bisa mengatakan anti-aging adalah sejenis spesialisasi, karena memang secara formal belum ada gitu," kata dia menekankan.