Sukses

Cerita Dokter tentang Pasien yang Nyaris Mati karena Antibiotik

Dokter farmakologi klinik, Dr. H Masfar Salim membagikan kisah pasiennya yang gunakan antibiotik sembarangan.

Liputan6.com, Jakarta Dokter farmakologi klinik dr H Masfar Salim menekankan bahaya penggunaan antibiotik secara sembarangan. Salah satunya seperti yang dialami pasiennya 25 tahun yang lalu.

"Inilah pentingnya pemahaman masyarakat mengenai pemakaian antibiotik. Antibiotik itu enggak boleh diminum sembarangan. Kalau bakterinya sudah resisten itu susah. Kayak yang dialami pasien saya," ucap dr H Masfar Salim, MS SpFK dalam acara temu media mengenai peran pelayanan kefarmasian dalam pengendalian resistensi antimikroba  di gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan.

Dia menceritakan, 25 tahun yang lalu ada seorang pasien yang berobat padanya. Saat itu, pasien tersebut mengalami penyakit yang umumnya paling ditakuti oleh pria, yaitu gonore (salah satu penyakit menular seksual).

"Dia dateng berobat, pas saya tanya sakit apa, dia bilang biasa Dok. Ternyata dia kena gonore," kata dokter yang juga Ketua Komite Nasional Kajian Obat itu.

Lebih lanjut, dr Masfar mengatakan, hal yang sangat disayangkan dari pasien tersebut, dia ternyata cari obat sendiri. Hal inilah yang membuat dia mengalami resistensi bakteri.

"Bapak itu bilang dia beli obat sendiri, Super Tetra (namanya). Karena enggak sembuh-sembuh, dia berobat ke saya. Pas saya cek, dia udah resisten terhadap 13 bakteri," lanjut dia.

Resistensi bakteri yang terbilang parah itu membuat pria tersebut sulit untuk disembuhkan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi dr Masfar.

"Setelah proses panjang, akhirnya berhasil. Saya melakukan kultur antimikroba di mikrobiologi klinik Universitas Indonesia. Ini pelajaran, akibat pemakaian antibiotik sembarangan, bisa membuat nyawa bisa melayang," tutup dia.

 

Saksikan video menarik berikut :

 

2 dari 2 halaman

Kini beli antibiotik harus dengan resep

Dalam temu media tersebut, hadir pula Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Nurul Falah. Nurul mengaku prihatin dengan kasus resistensi antibiotik yang banyak terjadi.

"Kami merasa prihatin karena masalah resistensi antibiotik sudah menjadi satu hal yang mendunia. Hal ini terjadi karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat," kata Nurul.

Nurul menjelaskan, ada beberapa hal yang menyebabkan tingginya kasus resistensi bakteri, yaitu penggunaan secara berlebihan, tidak sesuai indikasi, kurangnya pemahaman masyarakat, serta mudahnya akses mendapatkan antibiotik.

Untuk itu, ke depannya dia berharap agar apoteker meningkatkan peranannya untuk mengedukasi pasien tentang penggunaan antibiotik secara tepat serta tidak melayani pembelian antibiotik tanpa resep dokter. Jadi, untuk bisa beli antibiotik, pasien harus punya resepnya.

Selain itu, Nurul juga menekankan pentingnya peran apoteker untuk hadir di apotek saat menjalani tugas kefarmasian. Bahkan, Nurul mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membeli obat di apotek yang tidak ada apotekernya.

"Tugas apoteker itu mengkaji resep, melayani dan memberikan informasi terkait obat yang diresepkan serta memonitor efek samping obat. Selain itu, untuk mengontrol penggunaan antibiotik, seharusnya apoteker mengisi patient medication report," tutup dia.

Video Terkini