Sukses

Tak Perlu Membentak, Lakukan Ini Saja Saat Anak Berulah

Saat marah, ada kalanya orangtua tak bisa menghindari membentak anak. Bagaimana cara mencegah hal itu agar tak lagi terjadi?

Liputan6.com, Jakarta Orangtua pasti pernah merasa sangat marah sampai seolah akan murka akibat ulah anak-anaknya. Dan, usaha mengendalikan rasa marah ini bukanlah perkara mudah.

Anda boleh saja berniat tidak lagi membentak saat memarahi anak, tapi saat sedang emosi, yakin Anda bisa mengontrolnya?

Kunci mengendalikan amarah sebenarnya ada pada detail. Jika Anda tidak memiliki rencana yang matang tentang bagaimana harus reaksi saat anak melakukan sesuatu yang memancing emosi, bisa jadi akhirnya Anda marah lagi dan membentak anak. Ujung-ujungnya, Anda lagi-lag merasa bersalah.

Walaupun orangtua misalnya minta maaf setelah membentak anak, sayangnya hal ini tetap bisa mengikis koneksi yang terbentuk.

Lalu mesti bagaimana? Membiarkan anak melakukan apa saja yang diinginkannya tentu juga bukan cara yang benar.

Jika Anda benar-benar ingin bisa berhenti membentak saat memarahi anak, tak peduli seberapa marah pun Anda, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.

Apa saja? Berikut caranya, melansir Lifehacker, Selasa (21/11/2017):

1. Keluar dari area konflik

Biasanya, anak-anak itu paling sering bikin ulah di rumah. Mulai dari bikin berantakan, atau memecahkan barang-barang. Bisa juga, mereka melawan ketika Anda meminta mereka melakukan sesuatu.

Ketika hal ini terjadi, dan Anda merasa emosi sudah mulai meluap, mintalah pasangan untuk mengambil alih. Anda silakan berjalan meninggalkan lokasi kejadian.

Hal ini bukannya berarti Anda melimpahkan masalah pada pasangan, tapi meningat mereka tidak terlibat dari awal terjadinya konflik, biasanya kepala mereka jadi lebih dingin.

Ketika situasi sebaliknya terjadi, jangan segan untuk segera mengambil alih masalah, ketika melihat pasangan mulai naik pitam.

 

 

2 dari 5 halaman

2. Biarkan anak tahu Anda marah

Saat marah, alih-alih membentak, tarik napas panjang dan bilang pada anak, "Ibu sedang marah sekarang."

Kalau Anda sedang beruntung, hal ini bisa bikin anak berhenti bikin ulah. Tapi seringnya, mereka akan melawan balik dan bilang, "Aku juga marah," atau, "Enggak, Ibu ENGGAK BOLEH marah." (argumen ini biasanya dilontarkan oleh anak-anak yang lebih kecil).

Namun, apa pun reaksi mereka, setidaknya hal ini sudah bisa menjalin komunikasi.

Setelahnya, Anda bisa meninggalkan mereka sejenak dan memberi anak waktu untuk menenangkan diri.

Anda juga bisa menggendong anak atau memangkunya dan bilang, "Coba kita sekarang diam dulu sebentar sampai tenang."

Sumitha Bhandakar, pendiri komunitas afineparent.com, menyontek trik ini dari buku Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting. Berdasarkan pengalamannya, trik ini sukses membuat putrinya yang baru berusia 5 tahun jadi tenang usai mengamuk.

"Aku ingin dipeluk lagi, mama" ujar anak Sumithe kali pertama dia mencoba taktik ini. Biarkan hal ini berlangsung selama beberapa saat.

Setelahnya, kalian berdua akan jadi lebih tenang, dan anak (terutama balita) bisa jadi sudah lupa apa yang bikin dia kesal tadi.

3 dari 5 halaman

3. Beri batas waktu

Hal paling mengerikan dari kemarahan adalah, tidak ada batasan pasti kapan semuanya akan baik kembali. Dan ternyata, menetapkan batas waktu untuk kemarahan Anda bisa memberikan efek yang luar biasa.

Hal yang bisa Anda lakukan misalnya: "Ibu sangat marah sekarang, jadi ibu akan mencuci piring dan mencoba menenangkan diri. Nanti pas ibu selesai, ibu tidak akan marah lagi."

Ucapan ini biasanya akan memicu rengekan atau tangisan, "Aku enggak mau ibu marah sama aku." Jangan tinggalkan anak begitu saja. Tapi bilang: "Ibu tidak marah sama kamu, ibu masih sayang kamu. Tapi kamu enggak selesai-selesai makannya dari tadi, dan sekarang sudah malam sekali."

Jelaskan juga, "Ibu capek dan ngantuk, jadinya ibu kesal. Ibu perlu waktu menenangkan diri, dan kamu juga perlu melanjutkan makan sampai selesai. Jadi ibu akan mencuci piring."

Awalnya anak mungkin akan terus merengek karena keinginannya tidak terkabul. Tapi, biasanya setelah itu mereka akan diam dan melakukan apa yang Anda minta.

Setelah semuanya selesai, jangan lupa untuk memeluk anak untuk memastikan dia tahu semuanya baik-baik saja.

4 dari 5 halaman

4. Pakai perspektif

Terkadang, cara terbaik untuk menenangkan diri adalah menempatkan segalanya pada perspektif yang benar.

Misalnya, saat anak harusnya bersiap berangkat sekolah, tapi dia masih ingin terus bermain, tentu hal ini bisa memancing amarah Anda. Apalagi jika Anda sendiri juga sudah hampir telat ke kantor.

Namun coba ingat-ingat kembali, dulu, dulu sekali, saat Anda masih anak-anak. Tentunya Anda juga ingin terus bermain, kan. Memang begitulah anak-anak.

Jadi, tidak ada gunanya marah-marah. Tarik napas panjang, dan pikirkan cara lain agar dia mau melakukan apa yang Anda mau.

5. Gunakan cerita

Kebanyakan anak-anak suka sekali mendengar cerita. Dan sebenarnya, salah satu keahlian yang perlu diasah orangtua setelah anak mereka lahir adalah, bagaimana mengarang cerita yang baik.

Kenapa? Karena cerita bisa Anda gunakan sebagai "senjata" saat menghadapi anak yang tantrum dan tidak mau mendengarkan Anda.

Begini misalnya: Anggap saja tokoh kesukaan anak adalah Upin dan Ipin. Jadi ketika anak sedang tidak mau tidur siang, tak peduli bagaimana pun Anda membujuknya. Lalu mulailah dengan mengatakan, "Kamu tahu enggak apa yang terjadi pada Upin dan Ipin waktu mereka enggak mau tidur siang?"

Pancing anak untuk naik ke kasur, dan lanjutkan cerita saat kondisinya sudah berbaring. Saat cerita usai, biasanya anak juga sudah hanyut ke alam mimpi.

Lakukan hal yang sama untuk kasus-kasus lain, seperti ketika anak tidak mau makan, tidak mau menggosok gigi, dan lain-lain.

5 dari 5 halaman

6. Bayangkan efek sesudahnya

Tips terakhir ini untuk ketika Anda sedang mengalami hari yang buruk. Ketika hal dan kesalahan kecil saja bisa membuat Anda meledak.

Cara terakhir yang bisa Anda lakukan agar bisa menahan diri dari memarahi atau membentak anak adalah: bayangkan apa yang terjadi setelahnya.

Tidak ada orangtua yang merasa senang setelah mereka memarahi anaknya. Ingatkan diri Anda pada rasa bersalah itu, rasa tidak nyaman di perut yang bisa sampai membuat Anda menggeretakkan gigi.

Bayangkan juga mimik wajah anak, yang biasanya kaget dan tak percaya melihat kemarahan Anda. Mimik wajah mereka biasanya adalah perwujudan dari rasa tak percaya bahwa Anda bisa "menyakitinya" dengan bentakan Anda.

Jangan lupakan juga rasa pahit di mulut Anda, saat melihat anak akhirnya tertidur, setelah kelelahan karena terus menangis. Atau rasa takut di matanya karena melihat Anda mengamuk.

Jangan sampai semua kejadian itu terulang lagi. Pastikan Anda menggunakan semua trik dan "senjata" yang ada untuk memastikan, mimik pahit itu tak lagi ada di wajah anak. Dan rasa tidak nyaman akibat rasa bersalah itu tak lagi menyertai Anda.