Liputan6.com, California, Amerika Serikat Saat serangan jantung, wanita sering kali tak terselamatkan. Kecil kemungkinannya tidak mendapatkan pernapasan buatan (CPR) dari orang lain. Akibatnya, berujung pada kematian.
Baca Juga
Advertisement
Yang menjadi penyebab, orang lain tidak mau melakukan CPR karena adanya keengganan menyentuh dada (payudara) wanita yang bersangkutan. Temuan ini diperkuat dengan data, hanya 39 persen wanita yang terkena serangan jantung di tempat umum diberi CPR, dibandingkan 45 persen pria.
Sebaliknya, pria lebih mungkin bertahan hidup (23 persen), seperti dilansir dari New York Post, Jumat (24/11/2017). Penelitian serangan serangan jantung dari sisi gender ini melibatkan hampir 20Â ribu kasus di seluruh Amerika Serikat.
"Takut menyentuh dada termasuk penyebab yang menakutkan. Beberapa orang mungkin takut mereka menyakiti wanita yang terkena serangan jantung," kata Audrey Blewer, peneliti University of Pennsylvania.
Tim penyelamat juga mungkin khawatir melepaskan pakaian wanita untuk bisa melakukan tindakan CPR yang lebih baik. Bahkan, mereka takut menyentuh payudara. Namun, pemikiran seperti ini sebaiknya perlu dihindari.
Anda meletakkan tangan di sternum--bagian tengah dada saat CPR. Jadi, payudara tidak langsung terkena. Studi serangan jantung dipresentasikan pada konferensi American Heart Association di Anaheim, California, Amerika Serikat.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Seks dan serangan jantung
Persoalan keengganan orang lain melakukan CPR kepada wanita dikemukakan, Dr Roger White dari Mayo Clinic. Menurutnya, ia juga khawatir, payudara wanita yang besar dapat menghalangi penempatan bantalan defibrillator yang tepat.
Kondisi tersebut dilakukan bila sewaktu-waktu wanita membutuhkan kejutan listrik untuk mengembalikan ritme jantung ke irama normal.
Ada pula penelitian, pria kemungkinan berisiko tinggi terkena serangan jantung selama atau segera setelah berhubungan seks. Hal ini disebabkan darah beku yang mendadak membatasi aliran darah.
Saat kondisi tersebut terjadi, pria biasanya punya waktu untuk pergi ke rumah sakit dan dirawat, menurut Dr Sumeet Chugh, ahli jantung di Cedars-Sinai Heart Institute di Los Angeles.
Mereka mempelajari catatan lebih dari 4.500 serangan jantung selama lebih dari 13 tahun di daerah Portland. Hanya 32 kasus yang terjadi. Hasil temuan ini dipublikasikan di Journal of American College of Cardiology.
Advertisement