Liputan6.com, Jakarta Susu merupakan sumber kalsium dan protein yang penting bagi kesehatan. Sejak kecil, susu menjadi salah satu asupan penting yang diberikan kepada anak.
Sayangnya, masih ada sebagian orang yang ragu untuk minum susu. Alasannya, sebagian orang khawatir jika susu yang dikonsumsi mengandung hormon sapi.
Baca Juga
Menurut Dr. Marudut,MPS, ahli gizi sekaligus anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan Gizi, Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), dalam susu sudah pasti ada kandungan hormonnya. Namun, produk susu yang resmi beredar di pasaran sudah melalui pengkajian oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sehingga kandungan hormon sapi dalam susu sesuai standar dan tidak akan berbahaya bagi kesehatan.
Advertisement
"Hormon di dalam susu hanya sedikit jumlahnya, kecuali susu dari pasar gelap atau tidak ada izin resmi dari BPOM," kata Marudut saat ditemui di acara Diskusi Cerdas Frisian Flag Indonesia Seri 3 pada Selasa (5/12) di kawasan Jakarta Pusat.
Lebih lanjut Marudut menjelaskan, sebelum dipasarkan, biasanya susu akan diuji dan diberi sertifikasi oleh BPOM. Dalam pengkajian tersebut, akan dipastikan bahwa kandungan hormon susu sudah berada pada batas aman untuk dikonsumsi.
Â
Saksikan video menarik berikut :
Â
Efek hormon sapi di dalam tubuh
Marudut menjelaskan, hormon sapi bisa saja terdapat di dalam susu ilegal. Namun, selama susu memiliki nomor izin BPOM, mutu dan keamanan susu tersebut terjamin.
"Kalau itu produksi gelap, biasanya nomor izinnya dipalsukan. Namun kita bisa hindarin dengan mengecek nomor izinnya," kata dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, jika hormon sapi dalam susu ilegal terminum, hormon tersebut akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Benda asing tersebut akan disingkirkan karena tidak mempunyai manfaat.
"Jelas itu akan berbeda efeknya karena metabolisme kita berbeda dengan sapi. Hormon itu akan menjadi benda asing dalam tubuh kita karena tidak bisa digunakan. Untuk itu harus dinetralisir," kata dia.
Marudut menjelaskan, jika tubuh tidak mampu menetralisir hormon tersebut, barulah akan timbul masalah kesehatan.
"Kalau tidak bisa menetralisir dengan enzim sitokrom P450, dia akan menimbulkan penyakit, penyakitnya seperti apa itu tergantung kelemahan yang ada di dalam tubuh seseorang," jelasnya.
Advertisement