Sukses

Suksma Ratri Buktikan ODHA Bisa Hidup Normal dan Temukan Cinta

Simak kisah cinta Suksma Ratri, seorang ODHA, yang menemukan cinta sejatinya, seorang pria berkebangsaan Inggris.

Liputan6.com, Jakarta Seringkali, penderita HIV menerima stigma dan diskriminasi akibat kondisi yang mereka alami. Tak jarang, penderita HIV juga sulit menemukan cinta sejati pasca terkena HIV. Hal ini lantaran kebanyakan orang akan sulit menerima kondisi pasangan dengan HIV/AIDS.

Di tengah tempaan stigma dan diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS, kisah cinta seorang ODHA (orang dengan HIV/AIDS) merupakan bukti bahwa stigma dan diskriminasi HIV bisa dihapuskan.

Kisah ini berawal pada akhir 2008, dua tahun setelah Suksma Ratri didiagnosis HIV. Saat itu, mantan suami Ratri sudah meninggal dunia. Ratri sendiri tertular HIV dari mantan suaminya yang dulu pecandu narkoba suntik. Meski terkena HIV, ibu satu anak ini tidak pernah putus semangat dan terus berkarir. Dia bahkan menemukan cinta baru.

"Dulu waktu saya kerja, saya sedang melakukan perjalanan ke Malaysia. Di sana sempat dikenalin sama pria asal Inggris. Berawal dari sana, saya dekat sama dia. Namanya Chris Pearman, dia sosok yang dewasa banget," kata Ratri saat ditemui usai acara Inspirato di SCTV Tower pada Selasa (12/12/2017).

Ratri mengaku, semenjak terkena HIV, dirinya pernah menjalin hubungan dengan sesama pengidap HIV. Namun, berbagai hambatan membuat hubungan mereka berakhir. Meski begitu, dirinya tidak lantas menutup diri.

Setelah hubungannya dengan Chris semakin dekat, Ratri pun merasa dirinya harus terbuka mengenai kondisi dirinya yang sebenarnya. Hal ini dia lakukan karena hubungan mereka mengarah ke hubungan yang semakin serius.

"Saya bilang sama dia, saya punya suatu kondisi. Tapi saat itu, saya bilang sama dia untuk baca blog saya yang isinya kisah hidup saya. Saya buat blog itu karena terkadang saya mau menyampaikan kondisi saya tapi saya enggak bisa ngomong secara langsung," kata dia.

Sehari setelah kejadian tersebut, sang pujaan hati kembali mengajaknya bertemu. Betapa terkejutnya Ratri saat respon yang diberikan Chris tidak semenakutkan yang dibayangkannya.

"Dia ngajak ketemuan, saya tanya udah baca belum. Dia bilang udah. Saya kaget kok responnya gitu doang. Kata dia, ya lalu memang harus gimana responnya," lanjut dia.

Melihat respon yang baik, Ratri pun menjelaskan lebih rinci tentang virus yang ada di tubuhnya tersebut. Ratri pun memberikan pemahaman terkait HIV/AIDS kepada pria yang berusia sembilan tahun lebih muda darinya tersebut.

 

Saksikan video menarik berikut :

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Pertemuan keluarga

Mendapat respon baik dari sang kekasih, lantas tidak membuat Ratri puas diri. Dia masih harus memastikan apakah pria tersebut benar-benar menerima dirinya. Hal ini dilakukan mengingat hubungannya dengan pria sesama ODHA yang pernah gagal.

"Saya juga suka gali-gali, kenapa sih dia mau sama saya. Apa karena saya orang Asia. Kan banyak juga bule yang Asian hunter. Akhirnya saya tanya, 'kenapa kamu mau sama saya?'. Kata dia, tertarik sama orang itu karena manusianya bukan karena ras atau etnis tertentu. Dia juga bilang dia tertarik sama saya karena isinya (pribadi, red), jadi kalaupun saya orang Afrika atau manapun, dia bakal tetap suka.' Dia ngajarin saya banyak hal. Ini yang bikin saya makin mantap," kata Ratri.

Meski Chris menerimanya, namun dalam benaknya, Ratri mengaku merasa takut apabila keluarga besar Chris tidak menerimanya yang sudah pernah menikah, punya anak dan terjangkit HIV. Akhirnya, Ratri memberanikan diri untuk meminta Chris mengenalkan dia dan keluarganya.

"Saya bilang kan sama Chris, 'kita harus ngomong nih sama orangtua kamu, aku enggak mau ada yang di tutupin, karena dari awal aku aja langsung terbuka sama kamu.' Akhirnya dia bilang dia dulu yang bilang sama keluarganya," kata Ratri.

Setelah sang kekasih menceritakan kepada keluarganya mengenai kondisi Ratri. Keluarga Chris sempat merasa khawatir, namun Chris berhasil meyakinkan bahwa Ratri merupakan sosok yang baik dan sehat meski memiliki HIV. Chris lantas mengajak Ratri dan keluarganya untuk bertemu.

"Akhirnya diundanglah saya ke rumahnya untuk acara Sunday Brunch. Setelah bertemu, orangtuanya kaget, karena ternyata ODHA tidak seperti yang mereka bayangkan," kenang dia.

Setahun setelah berpacaran, tepatnya pada 2009, Ratri dan Chris akhirnya memutuskan untuk bertunangan. Semenjak bertunangan, hubungan keduanya semakin erat.

 

3 dari 3 halaman

Menikah

Bagi Ratri, dapat menemukan seseorang yang dapat menerima kondisinya merupakan anugerah. Bahkan, dia tidak menuntut untuk menikah. Keduanya bahkan melalui pertunangan yang cukup panjang, hingga akhirnya, ibu Chris meminta mereka berdua untuk menikah.

"Dulu kan saya suka stay di sana (Inggris), di tempat orangtuanya. Nah pernah suatu ketika ibunya bilang, kenapa kalian enggak nikah aja, karena sudah lama tunangan," kata dia.

Ratri mengaku, saat itu dirinya tidak berpikir bahwa akan menikah saat itu. Lagipula, saat itu dirinya berkunjung ke Inggris dalam rangka bisnis dan training. Suksma Ratri memang saat itu sedang bekerja di LSM yang bergerak di bidang HIV/AIDS dan sering mendapatkan tugas dan training di berbagai negara.

"Saat itu saya bilang, memangnya bisa menikah, karena sayakan pakai business visa. Tapi akhirnya kita iseng nanya-nanya dan ternyata bagian legal di sana jelasin kalau selama kita masuk ke negaranya secara legal, kita bisa menikah di sana," kata dia.

Meski bisa menikah, namun Ratri merasa hal itu mustahil dilakukan karena hal itu bersifat mendadak, tanpa persiapan dan dia juga akan kembali ke Indonesia dalam dua minggu. Namun, ibarat jodoh, hambatan sebesar apapun akan terkalahkan.

"Waktu itu waktunya mepet karena saya mau pulang ke Jakarta. Tapi ibunya Chris bilang tenang aja enggak usah mikirin apa-apa. Akhirnya partynya semua diurusin. Bahkan saat itu juga anak dan keluarga saya enggak hadir, paling ya teman-teman di sekitar Inggris," lanjut dia.

Meski tidak dapat disaksikan keluarganya, namun pernikahan itu berlangsung dengan khidmat pada 15 Maret 2014. Meski menikah ODHA, namun Chris tidak membuatnya merasakan stigma buruk.

"Setelah menikah semua lancar, yang penting setiap empat bulan Chris harus melakukan pemeriksaan HIV/AIDS. Intinya selama kita melakukan seks secara aman, risiko tertular bisa diminimalisir," kata dia.

Setelah tiga tahun menikah, kini keduanya masih menjalani long distance marriage. Meski demikian, dia berharap bisa segera menetap di negara yang sama.

"Chris juga pengennya saya yang pindah ke sana. Lagian pendidikan di sana juga bagus buat anak saya. Tapi nanti, karena saya masih kerja di sini, doakan saja," tutup wanita yang kini tampil semakin fresh dengan rambut merah maroon.

 

Â