Liputan6.com, Jakarta Banyak orang yang berpikir bahwa hal paling berat yang harus dilalui oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah stigma atau diskriminasi dari orang lain. Ternyata, stigma bukanlah hal tersulit yang harus mereka lewati.
"Stigma emang salah satu yang berat untuk dihadapi sih, tapi itu bukan apa-apa dibandingkan saat kita harus minum obat seumur hidup," kata Suksma Ratri, seorang pengidap HIV, saat berbincang dengan Health-Liputan6.com, Selasa lalu, di SCTV Tower, Jakarta Pusat.
Baca Juga
Menurut dia, banyak sekali pengidap HIV/AIDS yang tidak optimal menjalani hidupnya karena sulit untuk minum obat. Padahal, dia sendiri membuktikan, jika minum obat secara teratur, ODHA pun bisa beraktivitas seperti biasa dan tetap produktif.
Advertisement
"Kita itu kan harus minum obat setiap hari, biasanya ada yang sekali sehari dan ada juga yang dua kali sehari. Nah ini yang berat. Apalagi sering kali efek samping obat tersebut bikin ODHA enggak kuat, akhirnya putus minum obat," kata ibu satu anak ini.
Dia mengatakan, agar bisa minum obat dengan mudah, kuncinya adalah mengubah mindset. "Pernah ada teman saya nanya, enggak bosen minum obat? Saya jawab, kamu enggak bosen napas? Ya intinya itu, obat ibarat udara, saya jadikan mindset bahwa obat ini kebutuhan saya," kata wanita dengan rambut kemerahan ini.
Â
Saksikan video menarik berikut :
Efek samping obat
Mengenai efek samping obat HIV, dia mengimbau untuk mencari kombinasi obat yang cocok agar tidak memberikan efek tidak nyaman di tubuh.
"Teman-teman saya pernah ada yang ngalamin efek samping obat karena mungkin kombinasinya enggak cocok atau memang obat itu punya efek samping. Kayak misalnya ada yang sampai kliyengan karena obat itu efeknya menurunkan haemoglobin (Hb). Kalau kliyengan kan jadi enggak produktif," kata dia.
Untuk itu, dia mengimbau ODHA lain untuk menemukan obat yang cocok. Ratri mengaku, dirinya kini rutin mengosumsi antiretroviral (ARV). Sejak 2014, dia mengonsumsi obat tersebut dan dia bisa tetap beraktivitas secara maksimal.
"Dulu saya juga sempat ngalamin efek samping obat, sampai ruam-ruam. Tapi pada 2014 saya konsumsi ARV dan sampai sekarang saya tetap fit, ya kayak orang biasa aja. Bedanya, saya harus minum obat tepat waktu," lanjut dia.
Â
Advertisement
Tips untuk ODHA
Menurut Ratri, menjadi ODHA bukanlah hal yang harus ditakutkan, apalagi menjadi merasa malu dan rendah diri. Sebaliknya, meskipun menyandang predikat ODHA, dirinya terus maju dan berkarier layaknya orang biasa. Untuk mencapainya, dia memiliki tips bagi para sesama ODHA.
"Kuncinya di penerimaan diri, saya terima kondisi saya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Enggak perlu takut karena saat orang ninggalin saya, virus ini akan tetap ada," katanya.
Wanita yang memiliki blog astralife ini pun mengatakan, ODHA tidak bisa mengubah status HIV menjadi negatif. "Yang penting, saya harus minum obat tertib, enggak boleh terlambat dan lupa," kata wanita yang kini bekerja sebagai communication officer di NGO Belanda yang bergerak di bidang pemberdayaan petani ini.
Akhir kata, Ratri yang giat menularkan semangat untuk mengalahkan HIV di dunia ini juga berpesan pada masyarakat untuk tidak memberikan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. "Karena bisa jadi, ODHA tersebut tidak terkena HIV/AIDS akibat ulah sendiri, melainkan tertular dari orang lain."
"Ingat, jauhi virusnya bukan orangnya. Kalau punya teman ya jangan jauhi. Perlakukan ODHA sebagai layaknya orang biasa. Enggak usah takut berteman sama ODHA karena virus HIV/AIDS enggak akan menular hanya dengan bersentuhan dengan mereka," pungkasnya.