Liputan6.com, Jakarta Di tengah gencarnya penggunaan gawai, jangan lupa membacakan buku cerita atau mendongeng untuk anak. Aktivitas ini memiliki banyak manfaat bagi hubungan orangtua dengan anak serta perkembangannya, seperti disampaikan Deputi Bidang Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Pembangungan Manusia dan Kebudayaan, Agus Sartono."
Ayo kita bikin gerakan storytelling (mendongeng) lagi, seperti waktu kecil orangtua kita sering menceritakan. Sehari satu jam saja," kata Agus dalam peluncuran program dari Google.org di Jakarta, Kamis (14/12/2017).
Baca Juga
Agus sendiri merasa miris, kini banyak orangtua yang memilih bermain gawai daripada berinteraksi dengan anak. Padahal 1000 pertama kehidupan anak itu merupakan pondasi penting bagi tumbuh kembang anak kelak. Jika masa-masa ini terlewati begitu saja, bakal sulit nanti mengejarnya.
Advertisement
"Anak di bawah lima tahun, membran-membran (di otak) terbuka, ini harus diberi rangsangan yang cukup sehingga anak tumbuh dan berkembang lebih baik," pesannya.
"Daripada asyik bermain gawai, lebih baik pangku anaknya yang masih balita, bacakan cerita (mendongeng)," katanya tegas.
Agus juga mengatakan pada saat memangku kala membacakan cerita, beri pelukan juga. Dengan pelukan itu sudah suatu bentuk komunikasi tersendiri. Hal ini dapat membangun hubungan emosional yang kuat antara orangtua dengan anak).
"Selain itu, dengan mendongeng atau membacakan buku cerita, orangtua juga merangsang minat baca anak," katanya.
Saksikan juga video menarik berikut:
Bisa bacakan cerita dari buku atau e-book
Kebiasaan membacakan buku atau mendongeng bisa dimulai pada anak usia di bawah tiga tahun. Agus tak mempermasalahkan jenis buku yang dipakai. Bisa dari buku biasa atau buku elektronik (e-book).
Ada banyak buku cerita yang bisa dibacakan untuk anak. Pastikan pilih yang sesuai dengan perkembangannya. Serta satu lagi, pilih yang memiliki cerita positif.
"Jadi, ayo biasakan baca buku cerita pada anak," tandas Agus.
Advertisement