Liputan6.com, Jakarta Sosiolog Daisy Indira Yasmine mengungkapkan, orang perkotaan enggan makan buah dan sayur. Keengganan makan buah dan sayur dipengaruhi lingkungan tempat tinggal dan gaya hidup. Gaya hidup orang kota dinilai lebih modern.
Baca Juga
Advertisement
Mereka menginginkan kebutuhan makan yang serba instan. Tak ayal, konsumsi buah dan sayur pada orang perkotaan termasuk paling rendah.
"Ini bisa dilihat dari rendahya para remaja dan dewasa muda. Mereka lebih menyukai junk food (makanan cepat saji). Ya, rasanya kalau enggak makan ayam goreng yang junk food itu enggak gaul," kata Daisy dalam acara "Konferensi Pers Penutupan Program Edukasi Kebiasaan Makan Sehat Anak 2017" di Bunga Rampai Restaurant, Jakarta, ditulis Rabu (20/12/2017).
Pemicu lain, sayur dan buah tidak bisa disimpan lama-lama. Jika ingin makan pun harus melalui pengolahan yang baik. Berbeda dengan makanan cepat saji yang mudah dan cepat disajikan. Tak perlu berlama-lama untuk memakannya.
Simak video menarik berikut:
Tren harus berubah
Jika ingin orang perkotaan makan buah dan sayur, maka tren kebiasaan makan harus berubah.
"Tren baru itu 'makan buah dan sayur' bukan makan junk food. Untuk mencapai tren baru ini, sebaiknya ada dukungan dari pihak pemerintah. Apalagi Kementerian Kesehatan sudah meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Dorongan makan buah dan sayur juga bisa dilakukan pihak sekolah. Siswa-siswa pun jadi mau makan buah dan sayur," tambah Daisy.
Selain itu, sosialisasi dari keluarga juga memengaruhi kebiasaan makan. Sebaiknya, siapkan buah dan sayur di kulkas. Anda bisa membeli di pasar tradisional atau pasar swalayan.
Hidup di perkotaan terkadang bisa saja tidak sempat beli buah dan sayur. Bahkan, tukang sayur keliling mungkin jarang lewat di rumah. Bila hal ini terus berlanjut, maka memicu orang tidak makan buah dan sayur.
Advertisement