Liputan6.com, Jakarta Berikut beberapa kasus-kasus teraneh di bidang kedokteran yang terjadi sepanjang tahun 2017, seperti melansir Livescience, Kamis (28/12/2017):
6. Peluru mendarat di soket mata orang
Baca Juga
Ketika seorang pria berusia 45 tahun ditembak dengan pistol kaliber 0,22 kali, peluru tersebut melewati sebuah pintu kayu dan berhenti di soket mata orang itu.
Advertisement
Dokter menangkap gambar tajam peluru yang bersarang di soket mata pria itu. Peluru itu tidak mematahkan tengkorak pria itu.
Pria itu sangat kesakitan saat tiba di ruang gawat darurat. Dokter bisa melihat luka masuknya peluru di sudut mata pria itu, dan ada kerusakan pada saluran air mata di kelopak mata.
Pria itu menjalani operasi untuk mengeluarkan peluru dan memperbaiki kerusakan pada saluran air mata. Setelah itu, rasa sakitnya berkurang dengan cepat, dan penglihatannya tidak terpengaruh oleh peluru tersebut, menurut laporan kasus tersebut, yang diterbitkan pada 30 November di jurnal JAMA Ophthalmology.
Â
Â
Â
 Saksikan juga video menarik berikut ini:
Â
7. IUD pindah ke dalam kandung kemih
Alat kontrasepsi IUD umumnya sangat aman dan efektif sebagai metode untuk mencegah kehamilan. Tapi dalam kasus yang jarang terjadi, sebuah IUD pada seorang wanita di China berimigrasi dari rahim ke kandung kemihnya.
Ketika wanita berusia 26 tahun itu pergi ke rumah sakit dengan masalah kandung kemih, dokter melakukan rontgen panggul dan melihat IUD di kandung kemihnya. IUD telah dimasukkan enam tahun sebelumnya, namun tampaknya perangkat tersebut gagal, dan dia menjadi hamil. Selama operasi caesar untuk melahirkan bayi, para dokter tidak melihat IUD pada saat itu.
Perangkat itu rupanya menembus dinding rahim, dan begitu berada di rongga panggul, ia melewati dinding kandung kemih, menurut sebuah laporan dari kasus yang diterbitkan dalam jurnal Medicine edisi Oktober. Akhirnya IUD tersebut berhasil diambil dari kandung kemihnya dan tidak mengalami komplikasi lebih lanjut.
Kehamilan dengan IUD jarang terjadi, terjadi kurang dari 1 persen wanita yang menggunakannya per tahun. Jarang terjadinya perforasi rahim oleh seorang akseptor IUD, yang terjadi pada sekitar 1 dari 1.000 wanita yang mendapatkan alat tersebut.
Advertisement
8. Kulit kepala seorang wanita robek, lalu disambungkan kembali.
Dalam sebuah kecelakaan, seorang wanita menyembunyikan seluruh kulit kepalanya dari kepalanya saat rambutnya tertancap di mesin pemintal. Selama kecelakaan itu, kulit kepala wanita itu terlepas dari bagian atas hidungnya ke bagian belakang kepalanya.
Bagian atas kedua telinganya juga terlepas bersamaan dengan kulit kepala. Tapi kulit kepalanya berhasil diselamatkan dalam kantong plastik dengan es, dan ahli bedah berhasil memasangnya kembali ke kepalanya.
Setelah operasi tersebut, wanita berusia 64 tahun tersebut pulih dengan menakjubkan, kata dokternya. Satu tahun setelah kecelakaan itu, dia memiliki pertumbuhan rambut yang cukup di kulit kepalanya, dan dia bisa membuka dan menutup kedua matanya. Dia mengatakan kepada dokter bahwa dia tidak memiliki masalah dengan aktivitas kesehariannya karena kecelakaan itu.
Kasus tersebut dipublikasikan 24 Oktober di jurnal BMJ Case Reports.
9. Satu mata, 27 lensa kontak
Seorang wanita 67 tahun di Inggris ditemukan memiliki 27 lensa kontak di satu mata. Wanita itu hendak menjalani operasi katarak saat dokternya melihat benda asing "kebiruan" di bawah kelopak mata bagian atasnya.
Benda itu ternyata merupakan 17 lensa kontak, dan kemudian dokternya menemukan 10 lensa kontak lainnya di mata yang sama.
Wanita itu mengatakan kepada dokternya bahwa dia merasa tidak enak di mata itu, tapi mengira itu karena mata kering dan usia tua. Para dokter menunda operasi karena gumpalan lensa kontak bisa memungkinkan bakteri menumpuk di mata wanita tersebut.
Kasus ini diterbitkan 5 Juli di jurnal The BMJ.
Advertisement
10. Sebuah tato memicu perdebatan etika
Tato yang tidak biasa dari seorang warga Florida memicu debat etis di antara para dokternya. Pria yang tiba tak sadarkan diri di rumah sakit, memiliki tato kata-kata "do not resusitate"-yang artinya jangan dibangunkan-di dadanya.
Dokternya berpikir, haruskah mereka menghormati tato itu, dan mengabaikan prosedur seharusnya? Atau mungkinkah mereka menyadarkan pria itu saja, karena mereka tidak yakin apakah tato itu benar-benar mencerminkan keinginannya?
Pakar etika medis menasihati dokter untuk menghormati tato pasien, karena masuk akal untuk mengasumsikan tato "menyatakan preferensi otentik."
Kemudian, rumah sakit tersebut menemukan bahwa pria tersebut benar-benar memiliki perintah DNR resmi dengan Departemen Kesehatan Florida. Kondisi pria itu segera memburuk, dan dia meninggal tanpa menjalani CPR atau metode pendukung kehidupan yang invasif, sesuai keinginannya.
Laporan kasus tersebut diterbitkan pada 30 November di The New England Journal of Medicine.