Liputan6.com, Jakarta Minum air kencing unta viral sekitar seminggu terakhir. Hal itu Berawal dari beredarnya video Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI, Bachtiar Nasir, minum urine unta saat ke Arab Saudi beberapa saat lalu.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015 sudah angkat bicara melarang orang minum air kencing unta. Larangan minum air kencing unta diserukan WHO sebagai upaya mencegah masyarakat terkena penyakit saluran pernapasan oleh virus korona atau Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang saat itu mewabah.
Baca Juga
Mengutip laman Independent, WHO curiga virus ini benar-benar menyebar ke manusia dari hewan menyusul laporan seorang pria yang terkena strain MERS karena memiliki unta dan sapi. Teori ini semakin memperkuat dugaan penyebaran virus dan bahaya unta.
Advertisement
Para pasien yang terkena virus cenderung memiliki penyakit kronis bawaan. "Penderita diabetes, gagal ginjal, dan penyakit paru-paru kronis berisiko tinggi terjangkit MERS. Jaga kebersihan umum seperti menghindari kontak dekat dengan hewan, terutama unta, dan cuci tangan setelah melakukan kontak dengan hewan. Ini harus dipatuhi," tulis WHO.
Lalu meminta masyarakat menjalankan praktik kebersihan makanan. "Menghindari minum susu unta mentah atau air kencing unta, atau makan daging yang belum dimasak dengan matang," tulis WHO dalam website resmi, seperti mengutip Rabu (10/1/2018).
Di laman resmi WHO bertanggal 15 Mei 2017 disebutkan alasan tidak disarankan mengonsumsi produk hewani mentah atau yang tidak dimasak sampai matang. Hal itu karena berisiko tinggi meningkatkan infeksi organisme dari hewan tersebut ke manusia.
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Â
Kenapa minum urine unta?
Sebagian orang ada yang meyakini air kencing unta bisa membawa manfaat kesehatan. Bila menilik secara ilmiah, sudah ada penelitian air kencing unta memiliki efek mematikan terhadap sel kanker. Namun, penelitian tersebut baru dilakukan pada cawan in vitro. (Baca:Â Pakar Benarkan Kencing Unta Bisa Sembuhkan Kanker, tapi...)
"Artinya belum dicobakan pada hewan, apalagi manusia," kata dokter spesialis kanker Soehartati Gondhowiardjo saat diwawancarai tim Health Liputan6.com, Selasa (9/1/2018).
"Peneliti pun sejauh ini belum menemukan bahan aktif yang terkandung dalam air kencing unta," tambah dia lagi.
Penelitian ini kemudian berhenti karena ada peringatan dari WHO terkait merebaknya virus MERS (Middle East Respiratory), di mana salah satu media penyebarannya, yaitu melalui unta.
Advertisement