Liputan6.com, Jakarta Campak muncul lagi di tanah Papua. Setelah dianggap merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 2006, penyakit infeksi virus yang menyerang anak-anak ini mulai menghantui penduduk di lima distrik di Asmat.
Nahas, sesudah pagelaran pesta budaya selesai digelar pada Oktober 2017, masyarakat di sana malah berbarengan kena campak.
Baca Juga
Demikian yang disampaikan salah seorang dokter di Asmat, Papua, bernama Steven Langi. Mantan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats tersebut membenarkan kabar mengenai campak tersebut dan kemungkinan mengapa wabah itu muncul kembali.
Advertisement
"Kita juga cukup kaget. Sesudah pesta budaya tiba-tiba muncul campak di sini. Mungkin karena pada hari itu, semua masyarakat dari berbagai daerah dan distrik kumpul di sini," kata Steven saat dihubungi Health Liputan6.com pada Kamis, 11 Januari 2018.
Â
Asmat KLB Campak
Steven juga mengatakan, kejadian campak yang menimpa masyarakat di sana benar-benar bikin kaget.
Bagaimana tidak? Setelah lebih dari 10 tahun terbebas dari masalah campak, tiba-tiba wabah itu muncul di awal 2018, di saat banyak masyarakat di sana yang belum bersiap dan masih libur Natal dan Tahun baru.
"Ini sudah lama tidak wabah, terus tiba-tiba wabah lagi. Kita ini seperti sedang tidur, terus tiba-tiba dipukul mendadak. Di bulan Januari pula," kata Steven.
Akan tetapi sebenarnya, antisipasi dari pemerintah setempat sudah ada sejak Oktober, November, dan Desember. Saat pesta budaya digelar.
Tim kesehatan pun sudah bergerak. Dalam dua atau tiga hari ke depan tim akan pulang, baru bisa didapatkan angka pasti dari empat distrik yang dijalani.
"Ada peningkatan di beberapa spot yang sudah menurun, sudah tidak ada laporan lagi, misalnya dalam jumlah masif. Akan tetapi ada kenaikan di beberapa tempat yang baru melaporkan terdapat campak, ini yang jadi masalah," kata Steven menjelaskan.
Â
Advertisement
Penularan Campak Terjadi Karena?
Steven menduga penularan ini dibawa oleh masyarakat yang belum mendapatkan imunisasi secara rutin. Misalkan, mereka yang berasal dari daerah-daerah yang memang sulit dijangkau.
Sebab, imunisasi di Papua dan sekitarnya rutin dilakukan setiap bulan. Akan tetapi kemungkinan ada yang tidak terjangkau, atau tidak lengkap saat diimunisasi, kata Steven.
"Mungkin masyarakat yang tidak pernah kita lihat (di pesta budaya) itu berasal dari distrik-distrik yang aksesnya jauh-jauh," kata Steven menerangkan.