Sukses

Apa Penyebab Perkembangan Anak Sering Terlambat?

Mengapa tingkat perkembangan anak satu dengan lainnya tidak sama? Simak penjelasannya di artikel berikut.

Liputan6.com, Jakarta Orangtua kerap tak menyadari perkembangan anaknya mengalami keterlambatan. Setiap buah hati punya keunikan tersendiri dan kecepatan perkembangan yang berbeda.

Kisaran waktu pencapaian tiap tahap perkembangan anak umumnya cukup besar. Misalnya anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan mulai usia 10 hingga 18 bulan, sehingga sering terjadi perbedaan perkembangan di antara anak seumurannya.

Untuk itu, orangtua perlu mengenal tanda bahaya (red flag) perkembangan anak, seperti dikutip dari akun Instagram Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), @idai_ig.

Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan hanya satu ranah perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah perkembangan. Keterlambatan perkembangan umum atau global developmental delay merupakan keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan.

 

Simak juga video menarik berikut :

 

 

2 dari 3 halaman

Fakta perkembangan anak di bawah 5 tahun

Secara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motor kasar, motor halus, bahasa atau bicara, dan personal sosial atau kemandirian. Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan.

Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.

Istilah keterlambatan perkembangan umum dapat digunakan untuk anak berusia di bawah 5 tahun, sedangkan retardasi mental umumnya dipakai untuk anak yang lebih tua dimana tes IQ dapat memberikan hasil yang lebih akurat dan dengan reliabilitas yang lebih baik.

 

 

3 dari 3 halaman

Penyebab terlambatnya perkembangan anak

Anak dengan gangguan perkembangan umum tidak selalu mengalami retardasi mental di kemudian hari.

Penyebab keterlambatan perkembangan umum antara lain gangguan genetik atau kromosom seperti sindrom Down; gangguan atau infeksi susunan saraf seperti serebral palsi atau CP, spina bifida, sindrom Rubella; riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi prematur atau kurang bulan, bayi berat lahir rendah, bayi yang mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan perawatan intensif dan lainnya.