Liputan6.com, Jakarta Flu atau influenza tidak bisa diabaikan begitu saja. Seorang pria 21 tahun bernama Kyler Baughman asal Amerika Serikat meninggal dunia usai terkena flu.
Menurut sang ibu Beverly Baughman, anaknya merasa terkena flu sekitar penghujung Desember tahun lalu. Saat itu Kyler merasa hanya butuh istirahat dan akan segera membaik.
Baca Juga
Setelah Natal, kondisi Kyler memburuk. Dia batuk-batuk dan demam. Kyler juga mengaku ke salah satu anggota saudara merasakan sakit di dada.
Advertisement
Kyler segera ke rumah sakit dekar rumah di barat Pennyslvania. Namun, kondisinya memburuk lalu diterbangkan ke UPMC Presbyterian di Pittsburgh.
Sayang, nyawa pria muda yang bekerja sebagai pelatih kebugaran itu tidak bisa diselamatkan. Pada 28 Desember tahun lalu, Kyler meninggal.
"Kegagalan organ akibat syok septik karena influenza," kata Beverly mengutip Washington Post, Senin (15/1/2017).
Menurut Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), sebagian besar orang yang terkena flu akan segera membaik dalam beberapa hari dan maksimal dua minggu. Bila terjadi komplikasi itu berarti menjadi sinus, pneumonia dan kegagalan organ.
Setiap tahun, di Amerika Serikat ada 650 ribu orang yang meninggal karena masalah pernapasan terkait flu atau influenza. Data ini meningkat dibandingkan satu dekade sebelumnya yang berkisar antara 200-500 ribu kematian per tahun berdasarkan data CDC dan WHO.
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Â
Belajar dari kasus Kyler
Menurut sang ibu, Kyler pada 2016 tampaknya tidak vaksin flu. Untuk diketahui vaksin flu bisa menurunkan risiko mengalami kondisi serius akibat virus flu.Â
Keluarga Kyler mengungkapkan hal ini agar masyarakat tidak meremehkan flu. Selain itu, penting juga untuk memahami kondisi tubuh sendiri.
"Coba kenali tubuhmu. Bila memang demam selama beberapa hari, jangan diamkan, segera beri perhatian dengan pergi ke rumah sakit," pesan ayah Kyler.
Advertisement