Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin tak menyangka, obrolan soal pandangan politik ternyata bisa dikaitkan emosional dan otak. Hal tersebut disampaikan pakar neuroscience sekaligus ahli saraf, Ryu Hasan.
Baca Juga
Advertisement
"Pandangan politik itu lebih banyak urusan emosional. Contohnya, saat kita melihat lukisan pemandangan. Kita kan merasa 'senang' (emosional) dulu saat melihatnya. Baru kita bilang, alasan senangnya itu apa," kata Ryu dalam acara Diskusi Kebangsaan Biologi Politik, Politik dari Sudut Pandang Kedokteran di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, ditulis Senin (15/1/2018).
Dalam sesi tersebut, Ryu juga memaparkan, bagaimana politik berkaitan dengan otak. Dalam perpolitikan, seseorang bisa lebih berhasil berjuang dalam suatu kelompok, bukan sendirian.
Ia memberi perumpamaan seperti angsa.
"Angsa itu kalau terbang, makin bergerombol, maka makin cerdas. Kalau terbang sendiri tidak efektif dan efisien," lanjut Ryu.
Artinya, kalau berkelompok, khususnya dalam politik, dapat membuat seseorang lebih baik dalam bertahan hidup.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Harus berkelompok
Menyoal politik dari sudut saraf, Ryu, lebih lanjut, menekankan betapa pentingnya, hidup secara berkelompok.
"Sama dengan sel otak. Sel otak tidak bisa berfungsi. Kalau hanya satu sel saja, tidak bisa berfungsi. Mereka harus berkumpul agar bisa bekerja lebih maksimal," lanjut Ryu.
Dalam kaitannya dengan politik, seseorang bisa lebih cerdas dan bekerja maksimal secara berkelompok.
Â
Advertisement