Sukses

4 Makanan yang Bisa Lindungi Wanita dari Kanker Payudara

Beberapa makanan berikut bisa membantu menurunkan risiko kanker payudara.

Liputan6.com, Jakarta Pertama, berita buruknya: tidak ada makanan yang terbukti mampu mencegah atau menyembuhkan kanker apapun, termasuk kanker payudara.

Berita baiknya adalah: ada banyak makanan yang bisa meningkatkan kesehatan secara keseluruhan yang juga berpengaruh mengurangi resiko terkena kanker, termasuk kanker payudara.

Kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor utama kanker payudara. Karenanya, makan secara sehat dan menjaga berat badan merupakan langkah awal terbaik untuk meminimalkan resiko Anda terkena kanker payudara, ujar Alexandra Rothwell, RD, CDN, seorang spesialis nutrisi onkologi.

Inflamasi juga dikaitkan dengan kanker payudara dan kelebihan berat badan. Itulah mengapa Rothwell menyarankan untuk mengonsumsi makanan yang bisa membantu menjaga kadar gula darah dan inflamasi. Dan berikut daftar makanan tersebut, melansir Good Housekeeping, Rabu (23/1/2018):

Minyak Zaitun

Selain semua manfaat kesehatan yang sudah dikaitkan dengan minyak zaitun, lemak sehatnya juga bermanfaat untuk mengurangi resiko kanker payudara.

Sebuah studi yang dilakukan pada September 2015 menemukan, menambahkan empat sendok makan minyak extra virgin olive oil pada menu makan yang penuh dengan sayur dan buah-buahan bisa menurunkan resiko kanker payudara hingga 68 persen.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Ikan

Salmon, sarden dan makarel adalah ikan yang dianjurkan oleh Rothwell untuk ditambahkan pada menu diet Anda karena ketiga ikan ini merupakan sumber yang sangat baik akan asam lemak omega-3.

“Kita tahu bahwa omega-3 dapat membantu mengurangi inflamasi pada tubuh,” ujarnya. “Anda juga bisa mengkonsumsi walnut dan biji-bijian jika mencari sumber selain ikan.”

Sama seperti minyak zaitun, mengonsumsi omega-3 lebih banyak juga dikaitkan dengan mengurangi kepadatan payudara, menurut studi pada 2014 mengenai penyebab kanker dan cara mengendalikannya.

3 dari 4 halaman

Buah dan Sayuran

Bersukacitalah terhadap kehebatan tanaman! Berkali-kali, banyak penelitian yang menemukan bahwa diet berbasis tumbuhan dihubungkan dengan penurunan resiko kanker payudara.

Dan ada beberapa alasannya: Semakin banyak kandunugan antioksidan pada menu diet, semakin rendah resiko kanker payudara, menurut sebuah studi pada 2015.

Dan juga, kandungan serat pada buah dan sayur bisa memberikan keuntungan tambahan untuk semakin memperkecil resiko, seperti yang dilaporkan pada makalah dalam European Journal of Nutrition pada tahun 2011.

Secara khusus, Rothwell merekomendasikan untuk mengonsumsi sayur silangan (brokoli, kubis, dan kembang kol), bawang bombay, leek, dan bawang putih, serta jamur dari Asia (shiitake, Chinese black, dan oyster).

Untuk buah-buahan, ujarnya, cobalah untuk mengonsumsi buah-buahan yang rendah gula seperti, berbagai macam beri. Batasi buah yang tinggi akan gula, seperti pisang, nanas, dan mangga, sehingga Anda bisa menjaga kadar gula darah pada tingkat normal.

4 dari 4 halaman

Kedelai

Mungkin Anda berpikir bahwa kedelai dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker payudara. Sebelum pikiran Anda kemana-mana, iya, memang kedelai memiliki senyawa serupa dengan estrogen, dan estrogen telah dikaitkan dengan beberapa jenis kanker. Namun, makanan berbasis kedelai tidak menyebabkan kanker payudara.

Bahkan, berbagai studi telah mengkaitkan kedelai dengan pengurangan resiko kanker payudara.

Bagaimanapun, memang ada pengecualian: jika Anda pembawa gen mutasi BRCA2, kedelai bisa meningkatkan resiko Anda. Menurut penelitian yang dilakukan pada 2013 dan dipublikasikan pada American Journal of Clinical Nutrition, produk kedelai mengurangi resiko kanker pada mereka pembawa resiko-kecuali mereka yang membawa mutasi BRCA2.

Rothwell setuju bahwa, secara umum, Anda bisa menikmati kedelai sebagai bagian dari gaya hidup sehat tanpa khawatir akan risiko kena kanker payudara yang membesar.

“Hanya saja, pastikan untuk mengonsumsi produk kedelai utuh dan organik seperti kacang kedelai, tahu dan tempe, karena Anda tidak mengetahui apa yang bisa disebabkan oleh pemrosesan makanan,” tutupnya.