Liputan6.com, Miami, Florida Remaja asal Kuba berusia 14 tahun meninggal akhir pekan lalu selang beberapa hari setelah ia menjalani operasi pengangkatan tumor. Tumor seberat 4,5 kg berhasil diangkat dari wajahnya. Tapi nyawanya tidak tertolong.
Baca Juga
Advertisement
Kondisi Emanuel Zayas menurun pada minggu ini setelah menjalani operasi selama 12 jam di Holtz Children’s Hospital di Jackson Memorial Hospital, Miami, Florida. Emanuel meninggal pada Jumat, 19 Januari 2018 akibat komplikasi paru-paru dan ginjal.
"Operasinya berhasil dan tumor sudah diangkat. Tapi dia punya komplikasi lain, yang tidak bisa diatasi," tulis orangtua Emanuel dalam unggahan di Facebook, ditulis dari People, Rabu (24/1/2018).
"Kami benar-benar percaya dan tahu, Emanuel benar-benar sembuh sekarang. Dia punya wajah yang sempurna dan tampak manis. Dia pasti lagi asyik berjalan, berlari, dan melompat di surga sekarang," tulis orangtuanya.
Kira-kira tiga tahun yang lalu, wajah Emanuel muncul bintil di sisi hidungnya. Namun, bintil itu tetap tumbuh hingga menghalangi penglihatan Emanuel. Bahkan menutupi hidung dan menyulitkan remaja itu untuk makan.
"Saya sangat terkejut dan cemas melihat seberapa cepat tumor tumbuh," kata Melvis Vizaino, ibu Emanuel. "Saya sampai putus asa mencari pertolongan medis karena saya tahu ini tidak normal."
Â
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Kelainan tulang langka
Vizaino dan ayah anak laki-laki itu, Noel Zayas, membawanya ke Miami setelah mengetahui anaknya memiliki kelainan tulang langka, yang disebut displasia fibrosa polyostotic. Dokter khawatir, jika tidak diangkat, tumor akan mematahkan lehernya.
Robert Marx, kepala bedah mulut University of Miami Health System berhasil melakukan operasi.
"Saya sedih, kami kehilangan dia. Harapan kami untuk menyelamatkan hidupnya akan memungkinkan dia mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pada akhirnya, itu tidak mampu terwujud," ungkapnya.
Yang lebih mengejutkan, keluarga Emanuel tidak memakamkan atau mengkremasi remaja tersebut. Mereka menyumbangkan tubuh Emanuel untuk penelitian medis.
Harapan mereka, dunia medis bisa belajar lebih banyak tentang penyakit langka yang dialami Emanuel.
Advertisement