Sukses

Satu Tindakan Pelaku Aniaya Guru hingga Tewas yang Dinilai Fatal

MH, pelaku aniaya guru seni rupa bernama Budi disebut fatal jika dia memang sengaja memukul area tengkuk

Liputan6.com, Jakarta Kasus murid aniaya guru di SMA N 1 Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, meninggalkan luka dan kepedihan di hati orang terdekat.

Nasib nahas yang menimpa guru seni rupa bernama Ahmad Budi Cahyono terjadi pada Kamis, 1 Februari 2018 yang dipicu hal sepele. MH, murid kelas XI yang dikenal jago bela diri, tidak terima ditegur Budi karena berisik di dalam kelas.

Baca juga: Sakit Hati Ditegur, Siswa Pukul Guru Seni Rupa hingga Tewas

Sejumlah sumber menyebut bahwa MH aniaya guru menggunakan jurus bela diri. Selama ini pula, MH memang dikenal suka mengeluarkan jurus yang dia pelajari setiap kali diledeki teman-teman sekolah.

Kesaksian ini diperkuat dengan hasil rekontruksi yang digelar Polres Sampang pada Jumat, 2 Februari 2018, pagi.

Menurut Kamal, salah seorang rekan dari korban kasus murid aniaya guru ini, Budi dipukul MH dari arah depan menyamping dengan tangan kanan dan sasaran ke tengkuk belakang.

"Budi yang tak menyangka dipukul terjatuh, tapi kemudian bangun," kata Kamal.

Memang hanya satu kali pukul. Namun, pukulan MH mengenai organ vital yang bisa berakibat fatal bisa 'disentuh'.

Diagnosis dokter dari rumah sakit dr Soetomo Surabaya menyebut korban murid aniaya guru ini mengalami mati batang otak sehingga membuat semua organ tubuh Budi tidak berfungsi.

Simak video menarik berikut ini:

 

2 dari 3 halaman

Bercermin dari Kasus Murid Aniaya Guru

Dari kasus MH yang aniaya guru sampai tewas, sejauh mana seseorang yang jago bela diri boleh menggunakan ilmu yang dia punya?

Norman Sasono yang seorang Praktisi Brazilian Jiu-Jitsu mengatakan justru sebisa mungkin orang yang jago bela diri itu akan menghindari konflik fisik.

Sebisa mungkin juga untuk menyelesaikan suatu masalah yang sedang dia hadapi secara baik-baik. Bahkan dalam keadaan terancam, sebisa mungkin menghindari konflik dengan pergi dan lari.

Sebab, seorang praktisi martial art hanya memakai jurus yang dia punya ketika pertandingan olahraga (sport) dan orang tersebut dalam keadaan bahaya sehingga terpaksa harus membela diri.

"Fight di real world itu last resort. Kalau benar-benar dalam bahaya dan terancam. Kita bisa subdue lawan kita juga tanpa menyakiti dia. Kita paksa dia menyerah dengan kuncian atau cekikan," kata Norman saat berbincang dengan Health Liputan6.com pada Sabtu, 3 Februari 2018.

Saat diberitahu kemungkinan MH, pelaku murid aniaya guru ini memukul tengkuk belakang korban, Norman menyayangkan tindakan tersebut.

"Wah, itu lethal. Bahkan di pertarungan bebas seperti MMA di UFC saja, pukulan tengkuk itu ilegal. Dilarang," kata Norman.

 

3 dari 3 halaman

Pelaku Murid Aniaya Guru Disebut Gila

Norman menyebut pelaku 'gila' jika hasil dari penyidikan diketahui MH memang sengaja memukul tengkuk korban.

"Dia memang mau mencelakakan, sih, kalau memang sengaja memukul tengkuk. Namun, bisa juga lucky blow, yang kebetulan kena tengkuk," kata Norman menambahkan.

Sekelas UFC saja, kata Norman, yang notabene adalah ajang pertarungan bebas paling berbahaya di dunia, tidak memperbolehkan penduel menyentuh atau memukul di area tengkuk.

Dampak yang akan dirasakan korban kalau tidak berujung kematian adalah cedera parah.

"Kalau mukul di tengkuk, langsung didiskualifikasi," kata dia.

Peraturan ini dibuat bukan tanpa alasan. Tengkuk adalah area berbahaya. Sehingga dilarang keras saat pertandingan MMA. "Peraturan dibuat untuk menjaga keselamatan atlet," kata Norman menjelaskan.

Norman tak habis pikir saja dengan MH yang tega aniaya guru menggunakan ilmu bela diri yang dia punya. Orang yang ilmu bela dirinya tinggi tidak akan memakai itu untuk menyakiti orang.

"Biasa orang yang ilmu bela dirinya tinggi akan sangat conserve di dunia nyata," kata Norman.

Melihat kasus murid aniaya guru yang sulit dipercaya ini, Norman berpesan agar pelatih ilmu bela diri harus membekali setiap murid dengan bimbingan moral dan ksatria, agar menggunakan ilmu yang ada untuk bela diri saja, bukan untuk menyakiti orang lain.

"Mesti terus-terusan diingatkan," kata Norman menekankan.

Norman berharap, pihak kepolisian bisa mengusut lebih dalam kasus murid aniaya guru ini. Mungkin ada penyebab lain yang membuat MH tega berbuat seperti itu.