Sukses

Kenapa Hari Kanker Sedunia Diperingati Tiap 4 Februari?

Hari Kanker Sedunia diperingati sejak 2000 untuk mengajak masyarakat beraksi untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini kanker.

Liputan6.com, Jakarta Setiap tanggal 4 Februari diperingati sebagai Hari Kanker Sedunia. Peringatan ini bermula sejak tahun 2000, berdasarkan Piagam Paris (Paris Charter) pada 4 Februari 2000 saat pertemuan ‘World Summit Against Cancer for the New Millenium’.

Tepatnya pada pasal 10 di Piagam tersebut tercantum setiap tanggal 4 Februari sebagai Hari Kanker Sedunia.

"Dengan adanya peringatan Hari Kanker Sedunia berharap bisa menyelamatkan dan mencegah kematian akibat kanker lewat edukasi, meningkatkan kesadaran masyarakat dengan mengajak pemerintah dan individu sedunia untuk ambil langkah nyata," seperti tertulis dalam laman worldcancerday.org dikutip Minggu (4/2/2018).

Tak dipungkiri, edukasi serta upaya pencegahan dan deteksi dini kanker memang perlu dilakukan di tengah gaya hidup modern saat ini.

Di Indonesia, prevalensi kanker 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 347 ribu orang. Kasus kanker paru dan usus paling banyak ditemukan pada laki-laki sementara pada wanita yang terbanyak adalah kanker payudara dan leher rahim.

Penyakit kanker juga menjadi beban ekonomi nomor dua terbesar setelah penyakit jantung. Menilik data BPJS Kesehatan September 2017, setiap tahun pemerintah harus menggelontorkan dana untuk kanker sebesar Rp2,1 triliun seperti mengutip rilis Sehat Negeriku dari Kementerian Kesehatan RI.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

2 dari 2 halaman

Ayo deteksi dini kanker

Di 2018, Kemenkes RI berupaya mengedukasi masyarakat pentingnya deteksi kanker sedari dini. Karena semakin dini sel kanker ditemukan, semakin cepat pengobatannya.  Selain itu, angka harapan hidup pun semakin tinggi.

Salah satu tindakan deteksi dini kanker yang digencarkan pemerintah adalah IVA ( Inspeksi Visual Asam asetat ) untuk pemeriksaan leher rahim ( serviks ). Selain itu juga Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dan Periksa Payudara Klinis (SADANIS).

Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Subuh, cakupan deteksi dini IVA dan SADANIS di Indonesia di 2017 meningkat bila dibandingkan 2016. Cakupan pemeriksaan dari 1.925.943 orang atau 5,2 persen menjadi 3.038.296 atau sekitar 8,1 persen.