Liputan6.com, Jakarta Perubahan iklim membuat pemanasan global berdampak buruk pada beruang kutub. Peneliti mengungkapkan beberapa beruang kutub di Samudra Arktik mengalami penurunan berat badan dan ini bukanlah hal baik.
Pemanasan global membuat banyak lapisan es mencair di Samudra Arktik. Ini artinya para beruang kutub yang tinggal di belahan bumi bagian utara ini perlu mengeluarkan energi lebih untuk memburu hewan mangsanya.
Baca Juga
Temuan ini diketahui peneliti dengan mengerahkan kamera video di sembilan beruang kutub betina. Dari alat yang ada, bisa dimonitor tentang darah dan berat badan.
Advertisement
Setelah dilakukan pemantauan selama 10 hari, diketahui ada lima beruang kutub yang kehilangan berat badan. Lalu, empat beruang kutub lainnya kehilang bobot 1,5-2,5 kilogram setiap hari.
"Ini adalah penurunan jumlah berat badan yang begitu besar," kata pemimpin studi yang juga ahli biologi hewan liar US Geological Survey, Anthony Pagano.
Iklim yang dulu membuat beruang kutub bisa mencari mangsa dengan mudah, sehingga bisa memberi makan anak-anak dan mampu bertahan ketika musim dingin tiba. Namun, karena es menyusut, sulit bagi beruang kutub memangsa anjing laut seperti dikatakan Pagano mengutip NY Post, Senin (5/2/2018).
Cari Mangsa Lebih Sulit
Cara beruang kutub memangsa anjing laut amat mengandalkan lapisan es. Hewan ini kerap menunggu anjing laut yang keluar dari lubang untuk mendapatkan udara. Sayangnya, ketika lapisan es mencair, beruang harus banyak bergerak dan berenang untuk mencapai mangsa.
Pagano menceritakan lapisan es di Arktik menebal pada saat musim dingin lalu mulai meleleh di musim panas. Namun, perubahan iklim membuat lapisan es menipis lebih awal dan lebih cepat.
Beruang kutub betina harus membakar energi 60 persen lebih banyak dari sebelumnya. Jarak yang ditempuh untuk mendapatkan mangsa bisa mencapai 250 kilometer dalam 10 hari.
"Jika itu buruk bagi beruang kutub, mungkin perubahan iklim bisa berpengaruh pada kita, manusia," kata Durner.
Kondisi berburu seperti ini membuat beruang kutub menghabiskan energi lebih banyak, hipotermia, dan risiko meninggal lebih tinggi seperti disampaikan profesor biologi dari University of Alberta, Andrew Derocher yang tidak terlibat dalam studi ini.Â
Â
Advertisement