Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Kata Dokter Kandungan Soal Mitos Kesehatan Vagina

Dokter kandungan asal New York, Alyssa Dweck, berbicara tentang mitos vagina yang sebenarnya dapat membahayakan kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta Belakangan, wanita dihebohkan dengan tren membersihkan vagina dengan mentimun. Ya, aroma mentimun dipercaya dapat meredam bau tak sedap dari area intim. Nyatanya dalam kacamata medis, tindakan ini akan menimbulkan risiko infeksi.

Bahkan, sebagian wanita juga mempercayai jika konsumsi yoghurt dapat membantu penyembuhan infeksi jamur.

Dokter kandungan asal New York, Alyssa Dweck, penulis buku The Complete A to Z for Your V mengungkap mitos tentang vagina yang sebenarnya dapat membahayakan kesehatan pada The Insider. 

Simak mitos-mitos vagina berikut ini, seperti dilansir dari laman Daily Mail, Selasa (6/2/2018).

1. Tak perlu menggunakan produk kebersihan wanita

"Saya berharap bahwa dalam hidup saya, kita benar-benar dapat mematahkan mitos bahwa vagina adalah tempat yang kotor," katanya.

Vagina dapat membersihkan diri, tapi tak berarti Anda hanya membiarkannya begitu saja. Vagina tetap harus dibersihkan dengan air, diseka atau dicuci dengan sabun tanpa pewangi. Ini sudah sangat cukup untuk menjaga kebersihan vagina.

2. Yoghurt menyembuhkan infeksi jamur

Wanita telah lama diberi tahu, mengoleskan yoghurt di dalam vagina bisa mengobati infeksi jamur. Ini karena yoghurt memiliki bakteri baik dan probiotik.

Tapi ternyata, spesies lactobacilli dalam yoghurt sangat berbeda dari yang baik untuk vagina Anda, kata Dr Dweck.

Apalagi yoghurt mengandung pemanis yang sangat mungkin untuk memicu timbulnya bakteri lebih banyak dalam vagina.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

 

2 dari 3 halaman

3. Gatal pasti akibat infeksi jamur

"Begitu banyak wanita berpikir bahwa setiap gejala yang mereka alami di vagina mereka adalah infeksi jamur," kata Dr Dweck.

Padahal, gatal bisa dipicu oleh iritasi dari perubahan hormonal, kutu atau gejala STD yang disebut trikomoniasis.

4. Tampon bisa hilang di dalam tubuh

Menurut Dr Dweck, secara teknis tidak mungkin 'kehilangan' tampon karena pembukaan serviks terlalu kecil untuk membiarkan tampon melewatinya.

"Namun, wanita sering lupa mengganti tampon dan bisa hilang dalam artian mereka tidak bisa mengeluarkannya," jelasnya.

5. Keputihan tanda ada yang tak beres dengan vagina

Keputihan adalah sesuatu yang normal. Keputihan adalah cairan atau lendir yang membuat vagina menjadi bersih dan lembab, melindungi vagina dari infeksi.

Keputiihan banyak terjadi ketika wanita berada dalam pertengahan siklus menstruasi. Keputihan baru menandakan ada masalah ketika: warnanya berubah dan baunya jadi lebih menyengat yang diiringi rasa gatal.

3 dari 3 halaman

6. Tak bisa orgasme saat bercinta itu abnormal

Jangan teralu cemas untuk menanggapi masalah ini. Solusinya hanya stimulasi klitoris dan klimaks akan tercapai.

Namun perlu diingat, hanya 40 persen wanita yang bisa mencapai orgasme secara vaginal tanpa stimulasi klitoral.

7. Sering bercinta vagina menjadi longgar

Fleksibilitas vagina sangat mengesankan - bisa meregang untuk menampung penis dan juga bayi yang agak besar.

Tapi apakah seks bisa berpengaruh? Ini adalah pertanyaan yang telah diperdebatkan berulang kali selama bertahun-tahun. Dan jika demikian, apakah kelonggaran vagina itu permanen?

"Meskipun vagina mungkin tampak sedikit lebih ketat dalam kasus tertentu atau lebih longgar dalam kasus tertentu, ini adalah organ yang luar biasa dalam arti sangat elastis dan akomodatif," kata Dr Dweck.

Melahirkan di sisi lain bisa mengubah bentuk vagina secara permanen.

Anda bisa melakukan latihan otot dasar panggul untuk menguatkan otot di dinding vagina Anda untuk memperbaiki fungsi seksual.

8. Memiliki selaput dara tanda masih perawan

Selaput dara adalah selaput tipis yang mengelilingi atau sebagian menutupi lubang vagina eksternal.

Konsep 'keperawanan' telah lama dikaitkan dengan apakah hal ini masih utuh atau tidak.

Selaput dara memang bisa robek saat berhubungan seks pertama kali, tapi anggapan bahwa itu bisa mengungkapkan apakah atau tidak seorang wanita melakukan hubungan seks tidak akurat.

Tapi aktivitas fisik, prosedur medis, atau penggunaan tampon juga bisa menyebabkan robeknya selaput dara. Dan beberapa orang terlahir tanpa selaput dara.