Liputan6.com, Jakarta Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) sangat menyayangkan kejadian yang dilakukan siswa SMAN 1 Torjan, Sampang, yang memukul guru kesenian, Ahmad Budi Cahyono. Nyawa guru Budi tak dapat diselamatkan. Penyebab kematiannya karena mati batang otak.
Baca Juga
Advertisement
Masyarakat pun geram dan ingin tahu, mengapa siswa tersebut bisa berperilaku brutal. Penyebab siswa berperilaku brutal bermunculan. Dari rilis LPAI yang diterima Health-Liputan6.com, ada stigma soal tabiat siswa dikaitkan dengan pekerjaan orangtua.
"Konon, ayah si anak adalah pekerja pasar. Pekerjaan itu dianggap sebagian pihak sebagai pekerjaan kasar atau keras. Itu yang dipandang sebagai penyebab, mengapa anak berperilaku brutal," kata Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak LPAI, Reza Indragiri melalui aplikasi pesan singkat kepada Health-Liputan6.com, Senin (5/2/2018).
Reza menambahkan, ia tidak sepakat dengan sebab-akibat sederhana, yang menilai pekerjaan orangtua bisa membuat perilaku anak menjadi brutal. Ini bentuk tanggapan publik yang mengarah ke stigma terhadap anak.
Padahal, dalam UU Perlindungan Anak, anak tidak boleh menjadi korban stigma, termasuk yang dihubungkan dengan orangtua. Jika stigma ini terus bermunculan, maka kian berpotensi meretakkan keluarga.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Interaksi yang salah di rumah
Reza menekankan, penyebab siswa bisa berperilaku brutal lebih berkaitan dengan pola interaksi di rumah. Pada banyak kasus ABH (Anak Berhadapan dengan Hukum) lainnya, kelakuan anak dipandang sebagai buah dari interaksi di rumah.
"Perilaku anak yang salah. Ini dianggap sebagai buah dari interaksi yang salah di rumah," lanjut Reza.
Di sisi lain, LPAI juga menyoroti, guru, dalam situasi seperti yang dialami guru Budi berhak memeroleh perlindungan hukum berupa memeriksakan kondisi kesehatan guru.
Saat guru mengalami kekerasan sekolah, sebaiknya melaporkan kejadian tersebut ke otoritas penegakan hukum.
Advertisement