Liputan6.com, Jakarta Kian hari semakin ramai emak-emak curhat masalah pernikahan di media sosial. Paling heboh adalah video wanita dengan alis tebal dan bulu mata yang cetar membahana. Ia curhat suaminya enggak pernah mengajak dia pergi jalan-jalan, termasuk ke minimarket dekat rumah.
“Wayah gini... Kita udah rapi, udeh menor, alis dilempeng-lempengin, bibir dimerah-merahin. Ajak kemana kek ini kita ya bang. Ya Allah.. begini amat, ya. Saban hari tiap hari megangi penggorengan, pegangin panci, belum ngurusin anak. Ya Allah, Bang... Ajak kita ini yang udah cakep pergi ke mall. Et dah bang. Gimana sih ini, ya. Nguplek bae ini di rumah. Ya Allah...,” kurang lebih itu isi curhatan emak-emak tersebut.
Baca Juga
Video emak-emak yang sudah dandan maksimal itu langsung mendapat tanggapan heboh dari warganet. Sejak di-share pertama di akun Instagram @smart.gram, video ini sudah ditonton lebih dari 30 ribu orang dan ditanggapi lebih dari 3 ribu komentar.
Advertisement
Sejak video tersebut viral, ada emak-emak lain yang berperilaku serupa. Topiknya enggak jauh beda, galau karena jarang dibelai oleh suami. Sudah tampil cantik, tapi jarang ditengoki. Eh, suaminya malah asyik memancing, main handphone, dan main sepeda.
Menurut psikolog klinis, Astrid Wen, MPsi, mengumbar masalah pernikahan ke media sosial bisa berdampak buruk. Aib keluarga yang seharusnya disimpan rapat-rapat, terkuak dan jadi pergunjingan banyak orang. Inikah namanya menelanjangi diri sendiri, tanpa disadari?
"Membuka masalah pribadi di dunia maya, khususnya dengan pasangan, berisiko akan mengurangi keintiman dengan pasangan. Karena yang awalnya dikonsumsi berdua, eksklusif, atau hanya dibagi di kalangan komunitas tertentu, kini dijadikan konsumsi publik," jelas Astrid saat dihubungi Health-Liputan6.com, Selasa (6/2/2018).
Simak juga video menarik berikut:
Dampak Intervensi dari Dunia Maya
Pendiri Pion Clinicion itu mengurai lebih dalam efek sesi curhat yang kebablasan di medsos bisa berujung viral.
"Jika kita mengumbar kekurangan pasangan kita, kita akan berisiko kehilangan respek dan cinta dari pasangan, karena pasangan merasa malu dan bersalah. Itu yang baru terjadi di internal rumah tangga, belum lagi masalah baru di luar rumah tangga. Kita juga memiliki intervensi lebih banyak dari dunia maya. Risiko tinggi yang tidak bisa terkontrol dampaknya, saat cerita kita menjadi viral," papar Astrid.
Ia menjelaskan bagaimana tingkah laku introvert juga sama pentingnya dengan tingkah laku exrovert.
"Kita perlu menghargai hal-hal yang tidak ter-capture oleh kamera. Ada tahap menikmati momen yang tidak perlu diabadikan dalam satu screen. Jika drama terjadi di dunia maya soal hubungan Anda dengan pasangan, mungkin Anda perlu mundur sejenak dan berpikir mengenai hubungan Anda dan Dia," tutur psikolog yang menamatkan studi S2-nya di Universitas Indonesia.
Advertisement
Penyelesaian Konflik Bersama
Viralnya curhatan emak-emak yang "menelanjangi" sikap suami di depan umum, lanjut Astrid, tak akan memberi kenikmatan yang hakiki.
"Dengan tidak bercerita di media sosial, bukan berarti masalah yang ada bersama pasangan tidak diselesaikan atau dibiarkan. Tetap carilah solusi atau pertolongan yang nyata. Latihlah kemampuan berkomunikasi dengan pasangan dalam menyelesaikan konflik bersama. Ceritakan masalah kepada orang-orang yang dapat dipercaya. Jika perlu, carilah bantuan ahli. Kualitasnya akan berbeda," lontar psikolog cantik ini.
Media sosial, tambah Astrid, tidak melulu negatif, sepanjang seseorang mampu memaksimalkan fiturnya untuk kebaikan.
"Iya, tidak semua (kegalauan maupun kebahagiaan) harus di-posting atau diakui di dunia maya. Fasilitas dunia maya sebaiknya digunakan untuk meningkatkan hubungan Anda dengan pasangan," tukas Astrid memberikan solusi.