Liputan6.com, Jakarta Ketua Bidang Riset Ikatan Sarjana Gizi Indonesia, Dudung Angkasa, SGz MGz, mengungkapkan, pemberian makanan tambahan berupa biskuit dari Kementerian Kesehatan RI untuk anak-anak kurang gizi di Asmat baik untuk jangka pendek.
Namun, ini bukan solusi jangka panjang. "Kalau untuk jangka pendek, itu sangat baik. Untuk jangka panjang, saya rasa perlu ada penanganan lebih," kata Dudung pada sebuah diskusi "Gizi Buruk dan Ancaman Penyakit Infeksi Pada Anak" di Gedung KPAI, Selasa (6/2/2018).
Advertisement
Baca Juga
Dudung, mengatakan, para korban gizi buruk di Asmat adalah mereka yang kekurangan sumber protein. Maka itu, dia menyebutkan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi gizi buruk jangka panjang.
"Kita perlu mengidentifikasi makanan yang dikonsumsi. Kita harus cari pembanding dengan daerah yang juga sulit ditemukan bahan pangan," ujar Dudung.
Turut hadir sebagai pembicara pada acara ini, Komisioner KPAI Bidang Kesehatan, DR (Cand) Sitti Hikmawati S.ST. M.Pd; Kepala Bagian Manajemen Mutu, dr Mahsun Muhammadi, MKK; dan Kasubdit Penanggulangan Masalah Gizi Kementerian Kesehatan RI, dr Marina Damajanti. Acara ini berfokus pada KLB campak dan gizi buruk yang terjadi di Asmat.
Â
Â
Penanganan Gizi Buruk di Asmat Dilakukan Bertahap
Dudung menambahkan bahwa penanganan terhadap gizi buruk di Asmat tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Dia, mengatakan, perlu ada rehabilitasi bagi anak-anak yang mengalami gizi buruk.
"Paling tidak sementara naikkan dulu status gizi buruk ke kurang gizi. Baru bisa dilakukan rehabilitasi," kata Dudung.
Terkait diberhentikannya status KLB di Asmat, Dudung mengatakan pihak Ikatan Sarjana Gizi Indonesia akan tinjau lokasi Asmat untuk memastikan hal tersebut dan berkoordinasi dengan Pemda setempat untuk melakukan penanganan selanjutnya.
"Nanti tim dari DPD akan berkoordinasi. Seperti yang saya katakan, harus bertahap,"Â kata Dudung.
Advertisement