Liputan6.com, Jakarta Pencabutan status Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk dan campak di Asmat pada Senin (5/2/2018), mengharuskan pemerintah lebih mengantisipasi terjadinya hal yang sama. Salah satunya dengan memperbaiki infrastruktur.
"Antisipasi, kita harus memperbaiki infrastruktur di daerah tersebut (Asmat). Kalau tidak punya akses dan masih ada penduduk di situ, mereka tidak punya persiapan bahan makan," kata Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek dalam rilis yang diterima Health-Liputan6.com dari Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Jumat (9/2/2018).
Baca Juga
Menurut Menkes, gizi buruk juga dipengaruhi oleh pola makan, perilaku, dan adanya infeksi. Selain itu, secara geografis, ketahanan pangan di Asmat sangat kurang karena 90% tanahnya terdiri dari rawa.
Advertisement
Kemenkes sendiri bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Pertanian, di bawah koordinasi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) memiliki rencana lanjutan terkait ketersediaan air bersih, sanitasi, dan ketahanan pangan di Asmat.
Â
Simak juga video menarik berikut :
Â
Bagus tanam kelor
Sebelumnya, tim Flying Health Care (FHC) telah membuat kolam ikan di Puskesmas Distrik Kolf Braza ukuran 8x10 meter. Selain itu, FHC juga melakukan pembagian biji dan menanam pohon kelor di sekitar Puskesmas Sawa Erma sebagai percontohan.
"Di sana bagus untuk menanam kelor. Ini bisa dipakai dan kita budayakan, kemudian membuat kolam ikan. Jadi ikan dan pohon kelor bisa dibudidayakan. Kelor itu bagus sekali hanya kita tidak mengenalinya aja," tutup Menkes Nila.
Advertisement