Sukses

Mungkinkah Aksi Zaadit Taqwa Bisa Bikin Kampus UI Kurang Peminat?

Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa, yang memberikan kartu kuning kepada Presiden Jokowi dianggap dapat mencoreng nama lembaga pendidikan itu.

Liputan6.com, Jakarta Tindakan Zaadit Taqwa, sebagai Ketua BEM UI yang memberikan kartu kuning ke Presiden Jokowi, oleh beberapa orang di media sosial dianggap hanya mencoreng nama baik Universitas Indonesia (UI). 

Mereka khawatir aksi Ketua BEM ini dan kemunculannya di acara talk show sebuah stasiun televisi swasta akan menurunkan minat para murid SMA yang sebentar lagi lulus untuk masuk ke perguruan tinggi yang berada di kawasan Depok, Jawa Barat itu.

Pasalnya, Zaadit juga dianggap kurang piawai dalam mengungkapkan pendapat terkait kritik yang ditujukan pada pemerintah saat tampil di acara talk show itu.

Benarkah aksi dan penampilan Zaadit itu akan berdampak pada jumlah peminat belajar di UI?

"Saya rasa UI tidak akan kehilangan peminat. Menurut saya UI sebagai lembaga tetap qualified (berkualitas)," kata pengamat pendidikan Doni Koesoema memberi pendapat saat dihubungi Health Liputan6.com pada Jumat, 9 Februari 2018.

Menurut Doni, kualitas suatu universitas tidak ditentukan dari satu atau dua orang yang ada di dalam lingkungan tersebut. Lebih-lebih masalah itu sebatas Zaadit Taqwa sebagai Ketua BEM UI yang memberikan Jokowi kartu kuning.

UI juga tidak bisa dibilang gagal dalam mendidik seluruh mahasiswanya. Harus dilihat dulu apa kapasitas Zaadit Taqwa bertindak seperti itu, murni sebagai Ketua BEM UI atau mewakili diri pribadi.

"Kalau suara BEM UI, itu berarti BEM UI sebagai organisasi tidak berkualitas. Analisis lemah dan partisan. Akademisi itu harus objektif dan independen," kata Doni menambahkan.

 

2 dari 3 halaman

Aksi Zaadit Taqwa Dianggap Menurunkan Minat Siswa Masuk UI

Aksi Ketua BEM UI memberikan kartu kuning ke Jokowi memang menjadi sorotan dan diapresiasi oleh banyak orang. Namun, apresiasi yang diterima Zaadit Taqwa semata hanya karena dia sudah berani melakukannya di depan umum.

"Dan itu tidak sopan juga," kata Doni.

Kalau kritik yang ingin disampaikan itu sebatas pandangan pribadi, Doni mengatakan biarkan saja itu menjadi tanggung jawab Zaadit sendiri. Doni menduga, bisa jadi ketika itu Zaadit Taqwa ingin menunjukkan bahwa dia adalah pribadi pemberani, sosok yang tak takut melawan arus. Namun caranya keliru. 

"Balik lagi. Saya rasa, katakan dia sebagai pribadi itu salah, keliru, lalu BEM UI malah membantu kekeliruan tersebut, tidak berarti UI secara keseluruhan buruk. Akan tetapi (peristiwa ini) menjadi indikasi bahwa tata organisasi di UI kurang dapat melahirkan individu yang cerdas dan smart," kata Doni menekankan.

 

3 dari 3 halaman

Zaadit Taqwa Dipuja dan Dicela

Meski perbuatan Zaadit Taqwa mengacungkan kartu kuning pada Presiden Jokowi dianggap keliru, pegiat pendidikan Indonesia Prof Arief Rachman menilai keberanian itu patut 'dihargai'.

Menurut Arief, apa yang Ketua BEM itu lakukan adalah salah satu cara dari mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya. Kritik dari generasi penerus untuk bangsa dan negara ini.

"Saya seorang pendidik, sudah biasa dilawan murid yang berseberangan dengan saya. Meski begitu tetap perlu saya perhatikan dan dengarkan," kata Arief.

Namun Arief pun mengingatkan, penjelasan yang disampaikan oleh seorang mahasiswa, terlebih bila dia menjabat sebagai ketua BEM, harus detail dan lengkap. Cara penyampaiannya juga harus benar, jika memang memiliki data yang lengkap. Karena barangkali data yang ingin disampaikan tidak atau belum diketahui semua masyarakat.

Arief senang jika ada murid atau mahasiswa yang kritis. Berdasarkan pengalamannya, rata-rata mahasiswa yang protes itu memang punya data lengkap dan alasan kuat. "Juga berdasarkan pengetahuan," kata Arief.

Berat memang mengemban tugas sebagai ketua badan eksekutif mahasiswa. Arief mengatakan, kalau Zaadit Taqwa memang sudah siap memimpin mahasiswa (dan pribadi berani), itu berarti dia harus bersedia menghadapi badai yang kencang.