Liputan6.com, Jakarta Sebelum meninggal, Advent Bangun sempat menghilang lama dari dunia hiburan. Pria yang populer sebagai aktor spesialis film laga ini lebih mendekatkan diri ke Tuhan dengan aktif melakukan ceramah di berbagai gereja.
Seperti dikutip dari AntaraNews pada Sabtu (10/2/2018), Advent Bangun sempat mengutarakan rencananya untuk membuka sebuah gereja di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan.
Baca Juga
"Mau buka gereja di Fatmawati. Tapi sepertinya belum jadi," kata seorang jemaat yang tidak mau disebutkan namanya pada Januari 2018.
Advertisement
Di sebuah situs video berbagi, Advent Bangun terlihat aktif memberikan ceramah di gereja sejak 2008.Â
Sebulan sebelum ia tutup usia, pemilik nama lengkap Thomas Advent Perangin-angin Bangun itu sempat menjalani perawatan medis akibat menderita gagal ginjal. Kondisinya bahkan sempat membaik.
"Kondisinya sudah jauh lebih baik. Sudah bisa diajak berkomunikasi," ujar Lois Riani Amalia Sinulingga kepada AntaraNews di Rumah Sakit Fatmawati, Jumat (19/1/2018).
Istrinya melanjutkan, semenjak mengalami gagal ginjal pada 2017, Advent selalu bolak-balik melakukan cuci darah.
Â
Simak juga video menarik berikut:
Â
Â
Sesak napas
Advent Bangun meninggal dunia pada Sabtu (10/2/2018) pukul 02.35 WIB di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta Selatan.
Menurut salah satu putri dari Advent Bangun, Amalia Febe Venita Bangun, ayahnya sempat mengalami sesak napas.
"Dia sesak napas karena habis cuci darah. Setelah sesak napas, Papa ajak kumpul," ucap Amalia Febe Venita Bangun‎ kepada rekan Showbiz-Liputan6.com.
Pria yang pernah menjajal keberuntungan sebagai penyanyi dangdut tersebut meninggalkan satu orang istri dan lima orang anak. Rencananya, jenazah Advent Bangun akan disemayamkan di TPU Kampung Kandang, Jagakarsa, pada Minggu sore, 11 Februari 2018.
Pria yang lahir pada 12 Oktober 1952 di Kabanjahe, Sumatera Utara ini mengawali karirnya dengan terjun sebagai seorang atlet karate yang meraih banyak penghargaan.Â
Beberapa filmnya yang terkenal antara lain: Rajawali Sakti (1976), Si Buta Lawan Jaka Sembung (1983), Komando Samber Nyawa (1985), Si Buta dari Gua Hantu (1985), dan Bangkitnya Si Mata Malaikat (1988).
Sebelum meninggal, dia lebih banyak mengisi hari-harinya menjadi pendeta dengan menebar banyak pesan kebaikan dari Tuhan.
Advertisement