Liputan6.com, Jakarta Penelitian terbaru menemukan bahwa kencan daring (online) mampu menjadi jembatan bagi perbedaan.
Sebuah makalah terbaru yang ditulis oleh Reuben J Thomas, Asisten Profesor Sosiologi di University of New Mexico, melihat data dari 3.130 orang pada 2009 dan 2017 untuk menentukan bagaimana mereka bertemu dengan pasangan mereka.
Baca Juga
Dia menemukan bahwa pasangan yang bertemu dalam kencan daring cenderung memiliki hubungan antar-ras, antaragama, antarstatus pendidikan yang berbeda.
Advertisement
Dilansir dari New York Post, Rabu (14/2/2018), situs kencan daring mengumpulkan orang dari berbagai latar belakang dengan cara yang tidak mungkin dilakukan secara daring.
Temuan ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh profesor ekonomi, Josue Ortega dari University of Essex di Inggris dan Phillip Hergovich dari University of Vienna, Austria.
Penelitian mereka menunjukkan bahwa kencan daring memiliki kaitan dengan ikatan perkawinan yang kuat, peningkatan kemitraan antar-ras, dan merobohkan penghalang sosial.
Studi di University of New Mexico memaparkan contoh langka saat internet mampu mengumpulkan dan menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang, bukan memisahkannya.
Â
Simak juga video menarik berikut ini:
Â
Â
Semua Hal tentang Kencan Daring
Penelitian lain menemukan bahwa kencan daring antar-ras sangat populer di situs kencan. Sebuah studi yang diterbitkan oleh American Sociological Review tahun 2015 menemukan bahwa pria kulit putih lebih sering merespons wanita kulit putih keturunan Asia.
Sementara, wanita kulit hitam paling sering merespons pria keturunan kulit hitam dan pria kulit hitam.
Walaupun begitu, tidak semua setuju bahwa hal ini mampu memberikan keberagaman dalam sebuah pasangan.
Michael J Rosenfeld, profesor sosiologi di Stanford University, mengatakan, OKCupid, Tinder, Facebook, atau Match.com, memiliki sebuah alogaritma.
"Dengan mengarahkan Anda pada seseorang yang terlihat seperti Anda dan memiliki kesamaan pada Anda, alogaritma melakukan peran yang tidak begitu berbeda dengan apa yang dilakukan oleh orangtua Anda 100 tahun lalu," kata Rosenfeld.
Advertisement