Sukses

Generasi Milenial Ternyata Lebih Rentan Kerontokan Rambut

Benarkah generasi milenial lebih rentan terkena kerontokan rambut?

Liputan6.com, Jakarta Apabila Anda generasi milenial, Anda sepertinya harus lebih berhati-hati terhadap rambut rontok.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Tiongkok menemukan, mereka yang berusia 20-an lebih cepat mengalami rambut rontok ketimbang generasi sebelumnya.

Dilansir dari Healthline, pada Rabu (14/2/2018), data tersebut merupakan sebuah anekdot dari survei yang dilakukan sendiri terhadap 4000 siswa di Tsinghua University di Beijing.

Terkadang, kebotakan sangat terkait dengan bertambahnya usia. Namun, di Amerika Serikat juga dilaporkan bahwa banyak generasi milenial yang mengalami rambut rontok.

Dr. Andrea Hui, ahli dermatologi dari San Fransisco mengatakan, pria dan wanita berusia 18 tahun meminta bantuan mereka untuk menyembuhkan rambut rontok.

Penata rambut New York, Angelo David, mengatakan pada New York Post bahwa semakin banyak kaum muda yang merasa khawatir tentang rambut yang mulai menipis.

Perubahan hormonal, penyakit autoimun, kelainan tiroid, dan stres adalah salah satu penyebab rambut rontok yang paling sering bagi pria dan wanita muda.

 

2 dari 3 halaman

Diet berpengaruh pada kerontokan rambut

Di sisi lain, diet juga bisa sangat mempengaruhi kesehatan rambut. Meningkatnya popularitas makanan vegetarian dan vegan juga berkontribusi pada hilangnya rambut generasi milenial.

Penelitian yang dilakukan Dr. Emily L. Guo, dokter di Baylor College of Medicine di Texas menunjukkan, konsumsi protein saat ini sangat rendah. Kekurangan zinc, vitamin D, dan nutrisi juga berdampak negatif pada pertumbuhan rambut.

 

3 dari 3 halaman

Stres juga mempengaruhi

Doris Day, MD., dari Day Dermatology & Aesthetics mengatakan, stres adalah faktor penting yang menyebabkan kerontokan rambut.

"Stres bisa mengganggu proses pertumbuhan rambut dengan menggerakkan rambut keluar dari fase pertumbuhan sebelum waktunya," kata Day kepada Healthline.

Sebuah laporan dari Americah Psychological Association (APA) mengatakan, penelitian menunjukkan adanya hubungan antara usia dan stres.

Kaum milenial mengatakan, bahwa mereka memiliki tingkat stres lebih tinggi ketimbang generasi sebelumnya. Mereka tampaknya memiliki lebih banyak kesulitan dalam mengatasi sebuah masalah.