Liputan6.com, Jakarta Tiga dari lima orang dengan diabetes saat ini tidak hanya bermasalah dengan kadar gula, tapi juga dengan kesehatan mental.
Studi dengan skala besar oleh Diabetes UK dilakukan pada 8.500 orang dari berbagai usia, etnis, dan latar belakang di Briania Raya untuk membagi pengalaman mereka.
Baca Juga
Survei tersebut menemukan bahwa kehidupan mengelola diabetes mampu memengaruhi kesehatan emosional mereka.
Advertisement
Dilansir dari Huffington Post, Selasa (20/2/2018), peserta mengatakan bahwa diabetes memengaruhi kesejahteraan mereka secara emosional. Tiga dari lima atau 64 persen mengatakan, merasa terkadang merasa sedih harus hidup dengan diabetes.
Satu dari lima mengatakan, mereka menggunakan jasa konseling untuk membantu mereka dalam mengelola diabetes mereka.
Studi tersebut juga menemukan bahwa satu dari tiga atau 33 persen pasien mengatakan, diabetes menghalangi mereka atau anggota keluarga mereka, melakukan apa yang diinginkan.
Hanya 30 persen yang mengatakan bahwa mereka mampu mengontrol diabetes mereka.
"Ketika saya didiagnosa menderita diabetes, itu hanya dilihat sebagai kondisi medis. Tidak ada yang mengerti itu akan mempengaruhi kesehatan mental. Jadi, tidak ada dukungan psikologis," kata Lis Warren, orang dengan diabetes.
Lis positif mengidap diabetes ketika berumur 13 tahun. Saat itulah, dia mulai mengalami masalah psikologis ketika harus berjuang dengan pola makannya.
Dia bahkan sempat mengalami kejang karena gula darah rendah akibat karbohidratnya yang tidak mencukupi.
Â
Simak juga video menarik berikut ini:
Â
Â
Dukungan mental
Lis Warren saat ini menghabiskan waktunya untuk berkampanye melawan diabetes. Dia memberikan orang lain dukungan agar bisa bertahan dengan diabetes dan mengatur makanan mereka.
"Saya bisa saja meninggal dengan mudah karena makan dan diet. Namun, sekarang saya beruntung dan tetap sehat. Ini karena saya akhirnya mendapat dukungan," kata Lis.
Menurut Chris Askew, pimpinan eksekutif Diabetes UK, penelitian ini membawa harapan bagi mereka yang punya masalah dengan diabetes. Menurutnya, kesehatan mental mereka tidak akan didapat tanpa dukungan yang benar.
"Kami ingin melihat sistem di mana dukungan spesialis dan mereka yang mengerti diabetes, tersedia bagi mereka yang membutuhkannya," tambah Chris.
Advertisement