Liputan6.com, Jakarta Cyberbullying makin merajalela di media sosial. Lembaga anti-bullying Ditch the Label melaporkan tindakan intimidasi dunia maya paling sering terjadi di Instagram. Berdasarkan survei, kolom komentar dijadikan sebagai alat utama untuk melakukan perundungan.
Selain Instagram, Facebook juga sering dipakai sebagai media untuk menyerang seseorang atau kelompok. Cyberbullying disebarkan dengan membagikan foto dan video. Bagaimana dampak psikologis para korban yang ditindas dan dianiaya melalui media sosial?
Baca Juga
Menurut psikolog Dr MM Nilam Widyarini, MSi, cyberbullying merupakan tindak intimidasi, penganiayaan atau pelecehan disengaja melalui Internet yang kerap dialami oleh anak-anak dan remaja. Untuk menghindari hal tersebut, peran orangtua sangat dibutuhkan.
Advertisement
"Ya, orangtua wajib memberikan pemahaman kepada anak-anaknya bahwa media sosial adalah ruang publik dengan aturan pribadi dan sepenuhnya harus ditaati," papar Nilam saat dihubungi Health-Liputan6.com, Selasa (20/2/2018).
Cyberbullying, kata Nilam, pada umumnya memiliki dampak hebat dan sangat melekat.
"Korban menderita emosi negatif (sedih, merasa tidak berdaya, marah, dendam) yang dalam. Efeknya juga membekas dalam jangka panjang,"Â ucap praktisi hipnoterapi klinis ini.
Parah atau tidaknya, semua tergantung intensitas emosi yang dialami seseorang akibat bullying tersebut.
"Mereka yang lebih siap (antisipasi) dan lebih matang, akan lebih mampu menangkal emosi negatif saat bullying terjadi," imbuhnya.
Â
Simak juga video menarik berikut :
Â
Â
Cara Tangkal Cyberbullying
Menurut laman ConnectSafely, ada tiga cara manjur dalam menangkal serangan cyberbullying.
1. Jangan Respons
Anda tak perlu merespons komentar yang bersifat intimidatif, mencaci, mengejek, menghina, dan mencela. Jika Anda bereaksi, pelaku bullying akan puas dan terus-menerus melakukan hal ini.
2. Jangan Balas Dendam
Masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. Anggap saja ujaran kebencian dari orang sebagai angin lalu. Anda enggak perlu membalas dendam. Jika Anda membalas secara terang-terangan, pelaku perundungan akan terus mencari "sekutu" pem-bully yang baru.
3. Simpan Bukti Cyberbullying
Ketimbang balas dendam, lebih baik Anda meng-capture bukti bullying yang dilakukan di media sosial, baik itu teks, foto, atau komentar buruk agar bisa ditunjukkan ke pihak berwenang.
Advertisement
Jika Tak Kuat Mental, Korban Bisa Depresi
Psikolog yang menamatkan program doktor di Universitas Gadjah Mada itu mengatakan, dalam cyberbullying, ada elemen sorotan publik.
"Hal ini memberikan kemungkinan pengaruh lebih besar terhadap konsep diri si korban, terutama bila bullying tersebut membuat dia merasa malu, dan konsep diri dapat menjadi sangat negatif."
Tidak hanya terpinggirkan secara psikologis, dalam interaksi sosial pun korban akan merasa minder.
"Efek negatifnya, korban akan merasa rendah diri, takut, ngeri, malu, menarik diri, dan sebagainya. Bahkan, mungkin menjadi depresi. Rasa malunya bisa sangat kuat dan sangat mendalam karena dia menjadi sorotan publik di dunia maya," jelas penulis buku Relasi Orangtua dan Anak, Kunci Pengembangan Diri, dan Membangun Hubungan Antar Manusia tersebut.