Liputan6.com, Jakarta Selain olahraga dan mengatur asupan makan, coba banyak-banyaklah tertawa bila mau turunkan berat badan. Terbukti, semakin sering tertawa semakin banyak kalori terbakar.
Peneliti di Amerika Serikat menemukan bahwa sekitar 10-15 menit tertawa bisa bisa memangkas 50 kalori. Sama seperti membakar satu bar cokelat ukuran medium yang baru saja dimakan.
Baca Juga
Rupanya pada saat tertawa ada peningkatkan detak jantung yang membuat alirah darah bekerja lebih kencang. Lalu, dada mengembang, hal ini membuat otot-otot perut bekerja lebih keras.
Advertisement
"Orang-orang yang tertawa membakar kalori 20 persen lebih banyak dibandingkan yang tidak." kata peneliti dari Vanderbilt University, Amerika Serikat, Maciej Buchowski.
"Lalu, kamu mengakumulasi ketika seseorang tertawa 10-15 menit per hari dan kami menemukan ada pembakaran mencapai 50 kalori, tergantung pada ukuran tubuh dan intensitas tawa," kata Buchowski lagi mengutip Fox News, Rabu (21/2/2018).
Ini berarti, jika tertawa 10-15 menit per hari, dalam setahun berat badan turun hingga dua kilogram seperti disampaikan Buchowski.
Â
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Â
Manfaat tertawa lain
Selain membakar lebih banyak kalori, aneka studi juga membuktikan manfaat tertawa bagi tubuh. Berikut diantaranya mengutip Men's Health:
1. Lebih sehat
Orang yang tertawa 10-25 kali sehari lebih sedikit sakit dibandingkan mereka yang tertawa kurang dari itu seperti terungkap dalam studi tahun 2009 dalam International Journal of Medical Sciences.
2. Kerja lebih memuaskan
Menurut Healthsurvey, pria yang memiliki rasa humor membuatnya bekerja lebih baik.
Â
Â
Advertisement
Manfaat hebat tertawa lainnya
3. Stres menurun
Tertawa menurunkan hormon stres seperti kortisol dan epinephrine hasil penelitian dari Loma Linda University di California.
4. Bikin tenang
" Sekitar90 persen tertawa melibatkan embusan napas dalam-dalam. Hal ini membuat denyut jantung dan tekanan darah menurun sehingga seseorang memasuki fase tenang. Ini alasan kenapa Anda merasa lebih lega pasca tertawa," terang profesor psikologi dari University of California, Dacher Keltner.