Sukses

Stres Bisa Dipicu karena Kurang Tidur dan Masalah Rambut

Sebuah studi menemukan berbagai hal yang bisa membuat stres dan membuat hari menjadi jauh lebih buruk.

Liputan6.com, Jakarta Apabila hari Anda buruk, ini mungkin karena tidur Anda yang tidak nyenyak. Tidak mendapatkan tidur yang berkualitas, kemungkinan salah satu penyebabnya adalah stres saat bekerja.

Dikutip dari New York Post, Rabu, (21/2/2018), hal tersebut diketahui dari sebuah jajak pendapat yang dilakukan pada 2.000 orang Amerika.

Kesimpulannya, orang mengalami sekitar 60 persen hari buruk setiap tahunnya. 80 persen dari hari tersebut diakibatkan karena stres akibat pekerjaan.

Masalah tidur menyumbang 67 persen pada hari buruk tersebut. Para peneliti sendiri menggunakan sebuah tempat kebugaran bernama Freeletics.

Faktor lain yang membuat hari mereka menjadi makin parah antara karena sakit, khawatir terhadap keuangan, dan rencana yang dibatalkan begitu saja.

Bahkan, satu dari empat responden mengatakan bahwa dia frustrasi akibat rambutnya yang tidak bisa diatur. Itu membuatnya cemas sepanjang hari.

25 persen sisanya mengatakan, tidak adanya air panas untuk mandi di pagi hari juga merusak hari mereka. Sementara, 8 persen mengatakan kekalahan tim olahraga memicu mereka stres sepanjang hari.

Dalam penelitian tersebut, hampir separuh responden mencoba menghilangkan stres mereka dengan makan makanan tidak sehat. Sementara 34 persen mengatakan mereka mabuk untuk menghilangkannya.

 

Simak juga video menarik berikut ini: 

2 dari 2 halaman

Rutin olahraga

John-Francis Kennedy, pelatih di Freeletics mengatakan, para responden juga ditanya tentang rutinitas olahraga mereka.

Setengah dari mereka mengatakan bahwa olahraga memberikan mereka lebih banyak energi di kantor. 44 persen mengatakan olahraga membuat mereka makin termotivasi.

"Ini masuk akal," kata Kennedy, "olahraga setelah hari yang berat bisa menjadi pereda stres yang efektif. Terutama karena ini meningkatkan tingkat endorfin yang sangat penting."

Sementara, 95 persen responden setuju bahwa latihan fisik mampu mengembalikan suasana hati mereka. Namun, mereka tidak melakukannya.Hanya 5 persen yang benar-benar menjadi anggota gym.